Hasil Ringkasan
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Energi dalam kehidupan manusia memiliki peran yang sangat penting. Konsumsi energi senantiasa bertambah sejalandengan bertambahnya populasi jumlah manusia dan aktivitas perekonomian. Secara global, konsumsi energi saatini masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil. Ketersediaan energifosil ini terus berkurang bisa berdampak pada krisis energi di masa mendatang. Untuk mengatasi keterbatasan sumber energi fosil maka perlu dikembangkan sumber energi baru dan terbarukan. Energi Baru dan Terbarukan (EBT) merupakan sumber energi non fosil yang ramah lingkungan dan berkontribusidalam upaya pengurangan dampak perubahan iklim dan pemanasan globalmengingat sifatnya yang rendah emisidan berkelanjutan. Namun peranan energi fosil sampai saat ini masih mendominasi pemanfaatan energi dalam negeri dan EBT masih sebagai sumber energi alternatif. Padahal Indonesia memiliki potensi sumber daya EBT yang cukup besar yang dapat dimanfaatkan seperti tenaga surya (matahari), bayu (angin), bioenergi, gelombang laut, energi air (hidro), panas bumi (geothermal) dan limbah/sampah. Data bauran energi primer pada tahun 2018 menunjukan penggunaan EBT sebesar 8.55% dari total pasokan energi. Sebagai negara tropis, potensi energi surya di Indonesia cukup besar dan relatif stabil sepanjang tahun. Energi surya ini dapat dikonversi langsung dan bentuk aplikasinya dibagi menjadi dua jenis, yaitusolar thermaluntuk aplikasi pemanasan dansolar photovoltaicuntuk pembangkitan tenaga listrik. Letak geografis yangstrategis menyebabkan hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki potensi pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan daya rata-rata mencapai 4 kWh/m 2 . Dalam rangka meningkatkan penggunaan energi surya, pemerintah telah mengeluarkanroadmappemanfaatan energi surya yang menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga tahun 2025 sebesar 0.87 GW atau sekitar 50 MWp/tahun. Jumlah ini merupakan gambaran potensi pasar yang cukup besar dalam pengembangan energi surya di masa 2 mendatang. PLTS merupakan teknologipembangkit listrik yang dapat diterapkan di semua wilayah. Instalasi, operasi dan perawatan PLTS sangat sederhana sehingga mudah diadopsi oleh masyarakat. Hambatan utama pemasaran PLTS terkait biaya investasi per watt daya terbangkitkan yang relatif masih mahal dan beberapa bahan baku komponen PLTS khususnya sel surya masih harus diimpor. Oleh karena itu, pertumbuhan industri sel surya lokal menjadi sangat strategis dalam pengembangan PLTS di masa mendatang. Selain itu, kebijakan tarif yang menarik bagi investor juga menjadi hal yang sangat penting bagi pertumbuhan investasi swasta dalam pembangunan PLTS (Usman dkk, 2019). Riset terkait teknologi sel surya saatini ditujukan untuk menghasilkan sel surya dengan efisiensi dan waktu hidup yangpanjang namun dengan proses fabrikasi yang mudah dan murah.