Hasil Ringkasan
2 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Dalam rangka pembangunan bangsa dan hilirisasi mineral di Indonesia, maka cara memanfaatkan mineral yang ada di Indonesia dan mengisi kekosongan pada mata rantai industri menjadi urgensi tersendiri. Indonesia mempunyai potensi logam tanah jarang dalam bentuk MIT (Mineral Ikutan Timah). Selaras dengan hal ini maka diperlukan pemanfaatan yang dapat memberikan nilai guna dan manfaat dalam kehidupan bangsa. Seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan telekomunikasi yang tinggi, mengingat perkembangan metaverse dan transisi ke dalam dunia dalam jaringan maka kebutuhan akan telekomunikasi yang efisien menjadi kebutuhan. Dalam penerapan ini logam tanah jarang terutama Yttrium banyak digunakan dalam komponen sirkulasi gelombang mikro. Komponen yang dimaksud adalah sirkulator yang memanfaatkan magnet remanen yang berbahan dari logam tanah jarang(Linkhart, 1989). YIG (Yttrium Iron Garnet) adalah senyawa yang sering digunakan sebagai magnet remanen pada sirkulator frekuensi tinggi. Sirkulator ini berperan dalam sirkulasi gelombang mikro yang sering dimanfaatkan pada era digitalisasi ini. Penggunaan magnet remanan ini memerlukan fasa garnet yang murni. Kemurnian fasa ini menjadi perhatian tersendiri dikarenakan kehadiran fasa selain fasa YIG akan meningkatkan kehilangan dalam sirkulator (Syvorotka et al., 2018; Wan Ali et al., 2016). Dalam sintesis senyawa ini metode yang paling umum digunakan adalah CSSR (Conventional Solid State Route) dikarenakan bahan baku dan proses yang relative sederhana (Wan Ali et al., 2016). Akan tetapi dibalik hal itu, metode CSSR memiliki kendala dalam menghasilkan fasa YIG murni. Studi sebelumnya menunjukan bahwa fasa YIG ini sendiri sebenarnya dapat stabil pada suhu di bawah srrr ¹% akan tetapi dalam pembentukan nya seringkali keberadaanya disertai oleh fasa antara YIP (Yttrium Iron Perovskite) (Buscaglia, 1997; Holmquist et al., 1961; 3 Petrás and Preisinger, 2000; Syvorotka et al., 2018; Wan Ali, 2014). Dalam menjawab permasalahan ini maka diperlukan studi lebih lanjut mengenai bagaimana konversi fasa yang terjadi dari sistim ; 61 7F(A 61 7 dalam pembentukan fasa YIG pada proses manufakturnya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penelitian ini akan digunakan model Shrinking Core Model (SCM) bertahap sebagai sarana untuk meneliti bagaimana fenomena kinetika pembentukan fasa murni YIG. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan prediksi proses sintesis YIG hingga perubahan konversi fasa awal-antara dan produk secara keseluruhan pada metode sintesis CSSR (Conventional Solid State Route). I.2 Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Menentukan mekanisme pembentukan YIG 2. Menentukan pengaruh temperatur dan stokiometri berlebih pada pembentukan YIG 3. Menentukan pengendali konversi fasa sistem Y 2O3-Fe2O3 menjadi YIP dan YIG 4.