Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Tomografi Impedansi Elektrik (TIE) ialah suatu metoda pencitraan yang telah ada dari tahun 1980 dan masih terus berkembang hingga saat ini. Ketertarikan para peneliti untuk mengembangkan perangkat TIE tersebut dikarenakan TIE memiliki kelebihan yang sangat menarik, yakni portabilitas yang tinggi, biaya pembuatan yang rendah serta tingkat keamanan yang baik (non-invasive)[8] dan tidak membahayakan diharapkan dapat menjadi solusi pencitraan terbaik terutama di bidang medis. Namun dibalik konsepnya yang sederhana, TIE memiliki kelemahan yang dari dulu belum dapat dipecahkan hingga saat ini yakni TIE dianggap sulit dalam mendapatkan hasil rekonstruksi citra dengan resolusi yang tinggi. Pada perangkat pencitraan konvensional yang telah umum digunakan dan menjadi tolok ukur di bidang medis seperti X-Ray Computerized Tomography atau yang lebih dikenal sebagai CT Scan di mana gelombang X-Ray menembus objek secara tegak lurus dan atenuasi dari pancaran gelombang hanya dipengaruhi material objek yang dilewatinya. Maka CT Scan memiliki properti lokal di mana ukuran pixel dari citra tidak akan mempengaruhi kualitas resolusi. Sedangkan TIE ialah kebalikannya, non-lokal di mana jumlah dari pixel dan voxel sangat mempengaruhi kualitas citra yang dihasilkan. Namun semakin besar voxel akan meningkatkan beban komputasi, yang mana memperlambat proses pengolahan citra untuk sekedar mendapatkan hasil citra yang sedikit lebih baik. Karena perangkat TIE memiliki resolusi citra yang relatif rendah, sehingga penggunaan perangkat ini sangat terbatas dan untuk bidang medis lebih cocok digunakan sebagai diagnosa awal sebelum dilanjutkan ke pencitraan dengan resolusi yang lebih baik seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau CT Scan. Sedangkan dari kelebihan-kelebihan perangkat TIE yang disebutkan sebelumnya, maka perangkat TIE ini sangat cocok untuk diproduksi secara masal dan ditujukan untuk penggunaan di daerah terpencil. Dari sana masalah yang muncul kemudian ialah bagaimana hasil pengukuran menggunakan perangkat TIE ini dapat diakses oleh para dokter yang berada di daerah perkotaan untuk dapat dilakukan diagnosis 2 awal. Selain itu pula pada daerah terpencil akan cukup sulit melakukan rekonstruksi citra yang baik dikarenakan perangkat TIE membutuhkan beban komputasi yang besar untuk meningkatkan kualitas citra yang dihasilkan. Dari kedua masalah di atas yakni beban komputasi dan akses terhadap hasil rekonstruksi, solusi yang dapat ditawarkan ialah dengan memanfaatkan konsep Telemedicine atau telemedis berbasis Internet of Things (IoT). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan telemedis sebagai “Pemberian layanan kesehatan, di mana jarak merupakan faktor penting, oleh semua profesional kesehatan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk pertukaran informasi yang valid untuk diagnosis, pengobatan dan pencegahan penyakit dan cedera, penelitian dan evaluasi dan untuk pendidikan berkelanjutan penyedia layanan kesehatan, semua demi kepentingan memajukan kesehatan individu dan komunitas mereka”[17]. Dalam penerapan konsep telemedis dapat digunakan dua aspek teknologi yakni ponsel cerdas dan cloud computing. Ponsel cerdas atau Smartphone digunakan karena perangkat mobile ini telah umum digunakan masyarakat hingga ke pelosok daerah dan dapat mengakses internet dengan mudah dengan biaya yang relatif rendah. Sedangkan cloud computing sendiri ialah teknologi yang dapat digunakan untuk mengirimkan beban komputasi dan akses komunikasi data ke dalam server yang terhubung penuh dengan jaringan internet. Oleh karenanya diperlukan suatu media komunikasi data yang dapat menghubungkan perangkat TIE, ponsel cerdas, dengan cloud server agar ketiganya mampu saling berinteraksi satu-sama lain. I.2 Permasalahan Permasalahan yang timbul kemudian ialah bagaimana ketiga perangkat tadi yakni TIE, ponsel dan cloud server dapat terhubung dan berkomunikasi satu dengan yang lain secara handal meski ada keterbatasan pada jaringan internet. Dari ponsel cerdas sendiri yang umum digunakan dan relatif murah ialah yang menggunakan sistem operasi Android, sehingga harus dibuat aplikasi untuk dapat mengakses cloud server menggunakan OS Android. Kemudian data yang akan diolah harus tersimpan secara aman di satu lokasi dan bukan pada pada perangkat lokal TIE 3 sehingga perlu dibangun juga basis data cloud untuk mengumpulkan semua data pengguna.