57 BAB IV PENGOLAHAN DATA IV.1 Gambaran Umum Pergerakan Bandung - Jakarta Pergerakan adalah kegiatan berpindahnya manusia dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain untuk memenuhi kebutuhannya. Kajian mengenai pola pergerakan pada suatu wilayah studi terbagi atas zona – zona pergerakan, yang tiap zona tersebut direpresentasikan oleh pusat zona. Dalam hal pergerakan di Pulau Jawa, pusat zona dapat diasumsikan dengan ibukota dari tiap – tiap provinsi yang ada. Bandung diasumsikan sebagai pusat zona Jawa Barat dan Jakarta Pusat diasumsikan sebagai pusat zona DKI Jakarta. Kedua pusat zona ini secara geografis berada dalam posisi yang relatif berdekatan yang kedua kota tersebut merupakan pusat kegiatan perekonomian di wilayah barat Pulau Jawa. Oleh karenanya, pergerakan diantara kedua pusat zona ini terbilang besar. Berdasarkan Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS), besaran penumpang kereta api yang berasal dari DKI Jakarta menuju Jawa Barat pada tahun 2030 diproyeksikan mencapai 31.356.000 penumpang/tahun, sedangkan besaran penumpang dari Jawa Barat yang menuju DKI Jakarta sebesar 64.468.000 penumpang/tahun. Untuk pergerakan barang, jumlah pergerakan barang dari Jawa Barat menuju DKI Jakarta diproyeksikan sebesar 31.854.000 ton/tahun, sedangkan pergerakan barang dari DKI Jakarta menuju Jawa Barat sebesar 32.257.000 ton/tahun (RIPNAS, 2011). Tabel IV.1 Matriks Asal Tujuan Penumpang Kereta Api Pulau Jawa Tahun 2030 (dalam orang/tahun) (Sumber: RIPNAS Kementerian Perhubungan, 2011) DKI JakartaJawa BaratJawa TengahDIY Jawa TimurBanten Oi DKI Jakarta60,614,00064,468,00017,782,0003,059,0009,964,00018,085,000173,972,000 Jawa Barat31,356,000139,872,00018,840,0003,241,00010,557,0009,356,000213,222,000 Jawa Tengah9,613,00020,938,000105,999,0008,903,00050,695,0002,869,000199,017,000 DIY 2,032,0004,425,00010,938,0003,855,00010,713,000345,00032,308,000 Jawa Timur5,794,00012,619,00054,674,0009,405,000111,139,0001,741,000195,372,000 Banten 15,648,00016,643,0004,591,000450,0002,606,0004,671,00044,609,000 Di 125,057,000258,965,000212,824,00028,913,000195,674,00037,067,000858,500,000 58 Ditinjau dari Product Domestic Regional Brutto (PDRB), DKI Jakarta dan Jawa Barat memiliki PDRB yang relatif tinggi dibanding provinsi lain. Pada tahun 2019, nilai PDRB Jawa Barat atas dasar harga berlaku triwulan I-2019 mencapai Rp. 509,87 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp. 361,52 triliun (BPS Jawa Barat, 2019). Sedangkan PDRB DKI Jakarta triwulan I-2019 atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 681,02 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp. 446,21 triliun (BPS DKI Jakarta, 2019). IV.2 Proyeksi Penumpang Kereta Cepat Menurut studi terdahulu yang telah dilakukan oleh LAPI ITB dalam Pamuji (2015), proyeksi jumlah penumpang Kereta Cepat Bandung – Jakarta adalah sebagai berikut : Tabel IV.2 Proyeksi Jumlah Permintaan Penumpang Kereta Cepat 2019 - 2070 Tahun Demand KA Cepat (penumpang/perhari) Tahun Demand KA Cepat (penumpang/perhari) Optimis Moderat Pesimis Optimis Moderat Pesimis 2019 78,291 61,157 50,090 2045 150,522 117,581 96,303 2020 80,013 62,503 51,192 2046 154,737 120,873 99,000 2021 81,934 64,003 52,421 2047 159,069 124,257 101,772 2022 83,900 65,539 53,678 2048 163,523 127,736 104,621 2023 85,914 67,112 54,967 2049 168,102 131,313 107,551 2024 87,976 68,723 56,286 2050 172,809 134,990 110,562 2025 90,087 70,372 57,637 2051 177,993 139,040 113,879 2026 92,249 72,061 59,021 2052 183,333 143,211 117,296 2027 94,463 73,791 60,437 2053 188,833 147,507 120,814 2028 96,730 75,562 61,888 2054 194,498 151,933 124,439 2029 99,052 77,375 63,373 2055 200,333 156,491 128,172 2030 101,429 79,232 64,894 2056 206,343 161,185 132,017 2031 104,066 81,292 66,581 2057 212,533 166,021 135,978 2032 106,772 83,406 68,312 2058 218,909 171,001 140,057 2033 109,548 85,575 70,088 2059 225,476 176,131 144,258 2034 112,396 87,799 71,910 2060 232,241 181,416 148,587 2035 115,318 90,082 73,780 2061 239,672 187,220 153,341 2036 118,317 92,425 75,699 2062 247,432 193,282 158,306 2037 121,393 94,827 77,667 2063 255,257 199,395 163,312 59 2038 124,549 97,293 79,686 2064 263,425 205,775 168,538 2039 127,787 99,822 81,757 2065 271,855 212,360 173,932 2040 131,110 102,418 83,884 2066 280,554 219,156 179,497 2041 134,781 105,286 86,232 2067 289,532 226,169 185,241 2042 138,555 108,234 88,647 2068 298,797 233,406 191,169 2043 142,434 111,264 91,129 2069 308,358 240,875 197,286 2044 146,422 114,379 93,680 2070 318,226 248,583 203,599 Sumber: LAPI ITB dalam Pamuji (2015) Dengan asumsi bahwa penumpang yang menggunakan Kereta Cepat dari Bandung ke Jakarta atau sebaliknya adalah sama besar. Data awal yang dijadikan basis tahun 2019 dianggap menjadi estimasi penumpang untuk tahun 2021 dimana Kereta Cepat akan dioperasikan, sehingga diperoleh proyeksi penumpang tahun 2021 sebesar 25.045 penumpang/hari dari arah Bandung ke Jakarta (skenario pesimis) IV.3 Kondisi Sistem Transportasi Kota Bandung Sistem transportasi merupakan hal yang penting dalam menunjang pengembangan metropolitan (aglomerasi) yang mempunyai intensitas pergerakan penduduk yang tinggi. Transportasi menjadi penghubung bagi para pelaku perjalanan dalam melaksanakan aktivitasnya. Persoalan akan muncul ketika ketersediaan sarana dan prasarana transportasi tidak seimbang dengan tingginya permintaan perjalanan. Jumlah penduduk Kota Bandung pada tahun 2015 menurut BPS Kota Bandung (2018) adalah 2.481.469 jiwa dengan luas wilayah 16.729,50 hektare (167,67 km), atau tingkat kepadatan penduduknya adalah 150 jiwa per hektare. Jumlah itu belum ditambah dengan warga negara asing yang berdomisili di kota bandung dan kaum pendatang yang berdatangan sebagai wisatawan pada saat-saat tertentu. Jumlah penduduk warga negara asing adalah 4.301 jiwa. Jumlah warga negara asing menurut catatan kantor imigrasi bandung yang berdiam tetap di kota bandung setiap bulan rata-rata 2.511 orang, sedangkan jumlah warga negara asing yang berdiam sementara di kota bandung setiap bulan rata-rata 5.849 jiwa. Pertumbuhan jumlah penduduk kota bandung tersebut tentu berakibat pada aktivitas yang semakin padat dan membutuhkan mobilitas tinggi. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila pertumbuhan penggunaan kendaraan bermotor terus meningkat. Pada tahun 2016, jumlah kendaraan bermotor adalah 1.701.614 unit, 60 rata-rata meningkat 11% per tahun, dengan rincian roda dua (motor) 1.251.079 unit, dan roda empat (mobil pribadi) 450.535 unit. Ledakan jumlah kendaraan bermotor itu menjadi pemicu berbagai masalah transportasi karena penambahan ruas jalan (1,29% per tahun) tidak sebanding dengan penambahan jumlah kendaraan bermotor (9,34% per tahun). Masalah bertambah ketika fungsi jalan makin beragam, seperti menjadi lahan parkir, perdagangan, perbengkelan, dan lain-lain. Sistem angkutan umum yang lebih mengandalkan jenis mobil angkutan kecil (angkutan kota) pun menjadi masalah pelik karena tumpang tindihnya trayek dan fasilitas yang tidak memadai. Ketiadaan selter untuk pemberhentian angkot membuat pengemudi angkot bisa menaikkan dan menurunkan penumpang di mana saja. Beragam masalah tersebut menjadikan lalu lintas kota bandung menjadi semrawut dan kemacetan terjadi di banyak ruas jalan. Kondisi itu tentu tidak boleh dibiarkan karena dapat mengganggu kehidupan masyarakat. Satu contoh saja, jika penyediaan jaringan serta peran antarmoda dibiarkan seperti kondisi saat ini, maka kecepatan rata-rata pada tahun 2033 akan drop menjadi 4,5 km/jam (peak hour) dengan jarak perjalanan rata-rata sekitar 11,54 km/trip. Artinya, rata-rata setiap orang akan menghabiskan waktu di jalan lebih dari 2,5 jam atau mirip dengan kondisi Jakarta saat ini (Dishub Kota Bandung, 2013). IV.4 Pelaksanaan Survei IV.4.1 Survei Pendahuluan Survei pendahuluan dilakukan terhadap 30 responden dalam rangka menguji kemudahan pemahaman dan pengisian oleh responden. Survei dilakukan mulai tanggal 26 sampai 29 Agustus 2019 di pusat aktivitas masyarakat dan dilengkapi dengan pendekatan penyebaran link kuisioner melalui internet. IV.4.2 Survei Utama Pengambilan data survei utama dilaksanakan pada semua kecamatan di Kota Bandung melalui pendekatan home survey secara langsung (door to door), dimana responden adalah pelaku perjalanan dari Bandung ke Jakarta yang menggunakan angkutan pribadi jenis mobil penumpang. 61 Suvei dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 15 September 2019 yang dilakukan secara acak terhadap anggota masyarakat pada setiap kecamatan di Kota Bandung yang pernah dan atau rutin melakukan perjalanan dari Bandung ke Jakarta menggunakan mobil penumpang. Dari 199 responden yang diperoleh, sebanyak 108 responden dianggap memenuhi syarat, sisanya yaitu 91 kuisioner dianggap tidak memenuhi syarat. Kuisioner yang tidak memenuhi syarat adalah yang termasuk dalam salah satu kriteria di bawah ini: 1. Menggunakan moda selain mobil, yaitu travel, kereta api, dan bus. 2. Domisili bukan di kota Bandung; Sebaran perolehan sampel pada setiap Kecamatan di Kota Bandung dapat dilihat pada tabel IV.3. Tabel IV.3 Sebaran Perolehan Sampel Pada Tiap Kecamatan di Kota Bandung Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah Proporsi Jml Pendudu k Jumlah Sampel % Laki-Laki Perempua n (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Andir 49,461 48,232 97,693 4% 4 4% 2 Antapani 37,315 37,242 74,557 3% 4 4% 3 Arcamanik 34,515 33,778 68,293 3% 3 3% 4 Astanaanyar 34,491 34,500 68,991 3% 3 3% 5 Babakan Ciparay 75,735 72,290 148,025 6% 6 6% 6 Bandung Kidul 29,635 29,696 59,331 2% 2 2% 7 Bandung Kulon 71,971 71,342 143,313 6% 6 6% 8 Bandung Wetan 15,257 15,682 30,939 1% 2 2% 9 Batununggal 61,549 59,527 121,076 5% 4 4% 10 Bojongloa Kaler 62,053 59,112 121,165 5% 5 5% 11 Bojongloa Kidul 44,459 41,904 86,363 3% 3 3% 12 Buah Batu 47,731 47,625 95,356 4% 6 6% 13 Cibeunying Kaler 36,346 34,838 71,184 3% 5 5% 14 Cibeunying Kidul 54,592 53,601 108,193 4% 5 5% 15 Cibiru 35,704 34,666 70,370 3% 3 3% 16 Cicendo 50,092 49,806 99,898 4% 4 4% 17 Cidadap 29,678 28,748 58,426 2% 3 3% 18 Cinambo 12,627 12,139 24,766 1% 3 3% 19 Coblong 69,030 62,972 132,002 5% 2 2% 20 Gedebage 17,862 18,048 35,910 1% 1 1% 21 Kiaracondong 66,144 65,991 132,135 5% 5 5% 62 22 Lengkong 35,397 36,240 71,637 3% 5 5% 23 Mandalajati 31,982 31,165 63,147 3% 3 3% 24 Panyileukan 19,800 19,539 39,339 2% 2 2% 25 Rancasari 37,711 37,758 75,469 3% 5 5% 26 Regol 40,863 41,124 81,987 3% 3 3% 27 Sukajadi 54,264 54,248 108,512 4% 2 2% 28 Sukasari 40,801 41,211 82,012 3% 2 2% 29 Sumur Bandung 18,030 17,873 35,903 1% 2 2% 30 Ujung Berung 38,179 37,298 75,477 3% 5 5% Kota Bandung 1,253,274 1,228,195 2,481,469 100% 108 100 % (Sumber: Hasil Survei, 2019) Berikut adalah diagram sebaran perolehan sampel pada tiap kecamatan di Kota Bandung, dapat dilihat pada gambar IV.1. Gambar IV.1 Diagram Perolehan Sampel di Tiap Kecamatan 63 Gambar IV.2 Titik Persebaran Sampel Pada Tiap Kecamatan IV.5 Karakteristik Responden IV.5.1 Karakteristik Pelaku Perjalanan Karakteristik pelaku perjalanan dalam penelitian ini menggunakan 5 (lima) variabel yang dianggap mampu menggambarkan pelaku perjalanan, diantaranya : ▪ Jenis kelamin responden; ▪ Usia responden; ▪ Pendidikan terakhir; ▪ Pekerjaan; ▪ Pendapatan rata – rata perbulan. Jumlah responden valid yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini sejumlah 108. Mayoritas responden adalah laki – laki yaitu sebesar 68%, sedangkan jumlah responden perempuan adalah 31% (Gambar IV.3). Usia rata – rata responden merupakan usia produktif yaitu 45,2 tahun, dengan responden termuda berusia 23 tahun dan usia tertua 70 tahun. Pada Gambar 4.3 dapat dilihat proporsi terbesar usia responden ada pada rentang 50 – 59 tahun sebesar 31%, disusul kemudian oleh rentang usia 40 – 49 tahun sebesar 26%, porsi terbesar ketiga ada pada rentang usia 30 – 39 tahun sebesar 22%, kemudian usia 19 – 29 tahun yaitu sebesar 11%. 64 Proporsi terendah yaitu responden dengan usia di atas 60 tahun sebesar 10% (Gambar IV.4).