Hasil Ringkasan
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Hiperurisemia merupakan kondisi dimana kadar asam urat atau uric acid (UA) lebih dari 7.0 mg/dL. Penyebab dari hiperurisemia adalah karena tubuh yang memproduksi asam urat secara berlebih atau karena sistem eksresi tubuh tidak dapat mengeluarkan asam urat dengan optimum maupun keduanya. Hiperurisemia berkaitan dengan kondisi medis seseorang seperti radang sendi Gout, penyakit ginjal, penyakit kardiovaskular, penyakit neurodegenerative, dan sebagainya (Mount, 2013; Jalal, 2016; Kim and Mayr, 2016; George dan David A Minter, 2021). Oleh karena itu, diperlukan suatu perangkat/divais yang dapat digunakan untuk memantau kadar asam urat dalam tubuh manusia secara teratur. Terdapat beberapa metode yang telah teruji klinis dan secara umum digunakan untuk mengukur/mendeteksi kadar asam urat seperti kromatografi, chemiluminescene, biosensor asam urat dan sensor elektrokimia (Yan dkk., 2020a; Abrori dkk., 2021). Metode sensor elektrokimia (tanpa enzim/nonenzimatik) merupakan salah satu metode deteksi kadar asam urat yang memiliki kelebihan dalam hal sensitivitas, selektivitas dan stabilitas yang unggul serta biaya produksi yang lebih murah dibandingkan dengan metode lainnya (Abrori dkk., 2021). Pengembangan sensor elektrokimia nonenzimatik untuk mendeteksi kadar asam urat telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti dengan memanfaatkan berbagai jenis nanomaterial logam mulia, nanomaterial logam oksida, dan modifikasi elektroda elektrokimia dengan menggunakan fluoropolimer-kopolimer berbasis tetrafluoroetilena tersulfonasi (Chen dkk., 2014; Xu dkk., 2019; Abrori dkk., 2021). Nanomaterial telah berkembang begitu pesat pada beberapa dekade terakhir ini. Salah satu nanomaterial yang mana memiliki ketersediaan bahan yang cukup melimpah di permukaan bumi adalah nanomaterial silikon yang memiliki 2 berbagai kelebihan untuk diaplikasikan sebagai elektroda sensor (Ding dkk., 2014; Juangsa dkk., 2016, 2019). Material silikon nanopartikel juga memiliki keunggulan yaitu biokompatibilitas yang baik dan porositas serta luas permukaan- nya yang dapat diatur/ditingkatkan bergantung pada metode sintesisnnya (Roychaudhuri, 2015). Material silikon nanopartikel dapat disintesis melalui berbagai macam cara seperti sintesis dengan fasa padat, fasa cair, dan fasa gas. Di antara ketiga jenis metode sintesis tersebut, metode fasa gas memiliki keunggulan yaitu dapat menghasilkan material silikon yang rendah kontaminan dan proses sintesis dapat berlangsung secara kontinu (Ding dkk., 2014; Juangsa dkk., 2016, 2019). Senyawa fluoropolimer-kopolimer berbasis tetrafluoroetilena tersulfonasi atau Nafion telah banyak digunakan sebagai modifikator untuk fungsionalisasi material sensor elektrokimia. Nafion dapat digunakan untuk memodifikasi elektroda sensor elektrokimia untuk pendeteksian asam urat dengan fungsi untuk menjaga stabilitas sensor pada saat pengukuran dilakukan (Chen dkk., 2014; Ghosh, Sarkar and Turner, 2015; Xu dkk., 2019). Pada penelitian ini, dikembangkan suatu struktur sensor elektrokimia non- enzimatik untuk mendeteksi asam urat melalui modifikasi elektroda elektrokimia dengan menggunakan nanomaterial silikon yang difungsionalisasi dengan menggunakan senyawa fluoropolimer-kopolimer berbasis tetrafluoroetilena tersulfonasi (Nafion). Material nanopartikel silikon diharapkan dapat berperan sebagai matriks penginderaan analit asam urat yang bersifat biokompatibel dan Nafion diharapkan dapat berperan untuk menjaga stabilitas sensor elektrokimia yang difabrikasi. I.2 Rumusan Masalah Berdasar dari uraian tersebut di atas, rumusan masalah pada penelitian dirumuskan sebagai berikut: a. Metode sintesis material silikon melalui fasa gas sebelumnya diungkapkan memiliki keunggulan yaitu menghasilkan material silikon dengan kontaminan yang rendah. Oleh sebab itu, perlu dilakukan telaah terhadap 3 karakteristik material silikon nanopartikel yang dihasilkan melalui sintesis fasa gas non-termal baik dari struktur maupun morfologi material tersebut. b.