Hasil Ringkasan
235 Bab VII Tipologi Wisatawan Abai-Bijak Tipologi merupakan penggolongan manusia untuk memahami perilaku dan kepribadiannya, menjadi beberapa tipe berdasarkan faktor tertentu seperti karakteristik psikis, fisik, pengaruh nilai budaya dan lainnya (Hvenegaard, 2002). Dalam sektor kepariwisataan tipologi wisatawan mulai dikenal sejak tahun 1970- an, disaat ilmu psikologi mulai dijadikan acuan dalam mengeksplorasi perilaku wisatawan, khususnya dalam memahami preferensi dan kepuasannya (Rahmafitria et al, 2020). Namun sejak munculnya semangat pembangunan yang berkelanjutan, tipologi juga mulai dieksplorasi untuk memahami perilaku wisatawan yang berkaitan dengan dampaknya bagi lingkungan alam (Hvenegaard et al, 2002). Hingga kini berbagai model tipologi wisatawan dikembangkan oleh para peneliti, karena sangat bermanfaat dalam perencanaan, pengelolaan dan pemasaran kawasan wisata (Smith & Smale, 1980; Taylor, 1986; Hvenegaard et al, 2002). Meskipun telah banyak kajian tipologi wisatawan alam yang telah disusun peneliti sebelumnya, namun sejauh ini belum ada tipologi yang menjelaskan adanya perilaku abai wisatawan, yang justru banyak ditemui dibeberapa kawasan konservasi saat ini. Pentingnya klasisfikasi wisatawan berdasarkan peluang melakukan tindakan abai ini, didasari oleh temuan sebelumnya yang menjelaskan adanya pengaruh antara kemudahan akses terhadap meningkatnya motivasi berwisata untuk mendapat penghargaan sosial dan mendorong preferensi hedonistik di kawasan konservasi. Tahapan penyusunan tipologi dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang ketiga. Tahapan ini dilakukan melalui klasifikasi variabel aksesibilitas yang diukur secara obyektif dan subyektif, serta variabel motivasi sebagai variabel yang mengkonfirmasi perilaku. Adapun penjabaran dari proses penyusunan tipologi tersebut dijelaskan pada sub bab berikut. VII.1 Analisis Cluster Dalam Menyusun Tipologi Wisatawan di Kawasan Konservasi Menjawab tujuan akhir penelitian ini mengenai tipologi wisatawan di kawasan konservasi, dilakukan analisis cluster yang bertujuan untuk mengelompokkan obyek berdasarkan kesamaan karakteristik di antara obyek-obyek tersebut. Metode 236 pengelompokan wisatawan yang digunakan adalah metode non-hierarkis K-means cluster. Variabel yang dijadikan acuan adalah rata-rata persepsi wisatawan mengenai: - Pilihan Produk (X1): faktor aksesibilitas destinasi dengan pendekatan obyektif - Keterampilan dan pengalaman (X2): faktor aksesibilitas individu dengan pendekatan obyektif - Aksesibilitas Destinasi (X3): persepsi kemudahan menjangkau destinasi (pendekatan subyektif) - Aksesibilitas Individu (X4): persepsi keterjangkauan diri (pendekatan subyektif) - Aksesibilitas Konservasi (X5): persepsi mengenai keterbatasan wisata di destinasi (pendekatan subyektif) - Motivasi Ekstrinsik (X6): tingkat motivasi untuk mendapatkan penghargaan sosial dalam berwisata Tahapan pertama dari analisis faktor menghasilkan intial cluster centers. Tampilan ini merupakan tahapan awal sebelum data masuk dalam proses iterasi. Hasilnya adalah pada tabel VII.1. Tabel VII. 1 Hasil output data Quick Cluster SPSS 16 Cluster 1 2 3 4 Pilihan Produk (obyektif) 1,00 2,33 4,00 5,00 Keterampilan (obyektif) 4.00 3,00 1,00 3,00 Aksesibilitas destinasi (subyektif) 1,43 5,00 2,00 5,00 Aksesibilitas individu (subyektif) 2,84 5,00 3,29 5,14 Aksesibilitas konservasi (subyektif) 3,67 2,33 4,33 2,67 Motivasi Ekstrinsik 1,00 5,00 5,00 1,00 Sumber: Hasil Olah Data Analisis Cluster Selanjutnya adalah mendeteksi berapa kali proses iterasi yang dilakukan dalam proses clustering dari 534 obyek yang diteliti. Proses iterasi dilakukan dengan tujuan agar proses dapat menghasilkan kelompok yang tepat. Hasil dari proses iterasi data dapat diamati pada tabel VII.2. 237 Tabel VII. 2 Proses iterasi data Iteration Change in Cluster Centers 1 2 3 4 1 2,755 2,084 2,241 2,521 2 ,238 ,233 ,458 ,130 3 ,094 ,138 ,187 ,217 4 ,077 ,073 ,051 ,157 5 ,089 ,032 ,051 ,117 6 0,34 ,057 ,050 ,072 7 ,027 ,061 ,016 ,098 8 ,052 ,043 ,053 ,112 9 ,024 ,025 ,035 ,067 10 ,031 ,000 ,000 ,044 Sumber: Hasil Olah Data Analisis Cluster Tabel VII.2 menunjukkan bahwa proses clustering harus melalui 10 tahapan iterasi untuk mendapatkan cluster yang tepat.