Hasil Ringkasan
191 BAB VI Pengaruh Persepsi Aksesibilitas, Motivasi Wisatawan dan Preferensi Hedonistik Dalam berbagai riset, efek persepsi aksesibilitas terhadap perilaku wisatawan masih belum konsisten, padahal aksesibilitas dijadikan strategi kunci dalam mengembangkan destinasi. Tverijonaittea et al., (2017) menyatakan bahwa aksesibilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap preferensi destinasi, semakin baik mudah dan nyaman aksesibilitasnya, maka semakin diminati oleh tipe urbanist. Namun Cole et al., (2019) dalam riset mengenai motivasi wisatawan disabilitas, menjelaskan bahwa kemudahan akses hanya berpengaruh signifikan terhadap motivasi intrinsik, dan tidak terhadap motivasi ekstrinsik. Jika seseorang berwisata karena tertarik oleh motivasi ekstrinsik, maka bisa dipastikan efek persepsi aksesibilitas sangat rendah, bahkan tidak berpengaruh sama sekali. Efek persepsi aksesibilitas menjadi penting dalam memahami fenomena meningkatnya jumlah wisatawan, serta beragamnya tipe wisatawan yang berkunjung ke kawasan konservasi. Terlebih lagi secara empiris beberapa peneliti mengungkap adanya wisatawan yang berperilaku abai di kawasan konservasi. Untuk menjawab fenomena ini maka dilakukan analisis pengaruh persepsi aksesibilitas terhadap motivasi wisatawan dan preferensi hedonistik di kawasan konservasi. Alasan ini menjadi dasar dari lahirnya pertanyaan penelitian kedua, yaitu “Bagaimana persepsi kemudahan akses dapat mempengaruhi motivasi intrinsik-ekstrinsik dan preferensi hedonistik wisatawan di kawasan konservasi?”. Terdapat 13 hipotesis dasar yang akan dibuktikan dalam riset ini, namun tahap awal akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas indikator. Tahap ini sekaligus akan melengkapi jawaban terhadap pertanyaan penelitian pertama mengenai konsep aksesibilitas wisata konservasi, berikut indikatornya. VI.1 Analisis Model Pengukuran Pengaruh Aksesibilitas terhadap Motivasi dan Preferensi Hedonistik (Outer model) Model pengukuran merupakan model yang menghubungkan antara variabel laten dengan variabel manifes. Evaluasi hasil pengukuran model (measurement model) 192 yaitu melalui analisis faktor konfirmator atau confirmatory factor Analysis (CFA) dengan menguji validitas dan reliabilitas konstruk laten. Uji model pengukuran terdiri atas uji validitas konvergen, validitas diskriminan dan reliabilitas. Validitas konvergen berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur (manifest variabel) dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi. Rule of thumb yang biasanya digunakan untuk menilai validitas konvergen yaitu nilai loading harus lebih dari 0,7 untuk penelitian yang bersifat confirmatory dan nilai loading antar 0,6-0,7 untuk penelitian yang bersifat exploratory masih dapat diterima serta nilai Average variance extracted (AVE) harus lebih besar dari 0,5. Namun demikian untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran, nilai loading faktor 0,5-0,6 masih dianggap cukup (Chin 1998). Lebih lanjut validitas diskriminan berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur- pengukur (manifest variabel) konstruk yang berbeda seharusnya tidak berkorelasi tinggi. Sedangkan uji relabilitas dilakukan untuk menguji akurasi, konsistensi dan ketepatan instrumen dalam mengukur konstruk dengan Composite Reliability. Rule of thumb yang biasanya digunakan untuk menilai reliabilitas konstruk yaitu nilai Gambar VI. 1 Full Model Struktural Persepsi Aksesibilitas, Motivasi dan Preferensi Destinasi (Sumber: Hasil penelitian, 2021) 193 CR harus lebih besar dari 0,7 untuk penelitian yang bersifat confirmatory dan nilai 0,6-0,7 masih dapat diterima untuk penelitian yang bersifat explratory.