EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK EMPIRIS DAN DEFINITIF SERTA HUBUNGANNYA DENGAN LUARAN TERAPI PADA PASIEN BEDAH DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh ANNISA FATHADINA NIM: 20719301 (Program Studi Magister Farmasi) INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Oktober 2021 ABSTRAK EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK EMPIRIS DAN DEFINITIF SERTA HUBUNGANNYA DENGAN LUARAN TERAPI PADA PASIEN BEDAH DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG Oleh Annisa Fathadina NIM: 20719301 (Program Studi Magister Farmasi) Resistensi antibiotik merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat terbesar yang saat ini masih dihadapi di seluruh dunia. Perkembangan resistensi antibiotik dapat dikendalikan melalui penggunaan antibiotik yang bijak. Sebelum dilakukan perbaikan penggunaan antibiotik, evaluasi terhadap penggunaan antibiotik yang telah diberikan perlu dilakukan. Penelitian terkait penggunaan antibiotik pada pasien bedah di Indonesia masih terbatas. Dari beberapa penelitian yang ada, sebagian besar penggunaan antibiotik pada pasien bedah masih belum bijak. Penggunaan antibiotik pada pasien bedah ditujukan untuk mencegah (sebagai profilaksis) maupun mengatasi infeksi yang terjadi (sebagai terapi). Penggunaan antibiotik terapi meliputi antibiotik empiris dan definitif. Antibiotik empiris digunakan pada kasus infeksi atau diduga infeksi yang belum diketahui jenis bakteri penyebab dan pola kepekaannya, sementara antibiotik definitif digunakan pada kasus infeksi yang telah diketahui jenis bakteri penyebab dan pola kepekaannya. Penelitian ini dilakukan dengan desain studi analisis deskriptif observasional menggunakan data retrospektif tahun 2019 di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik empiris dan definitif serta hubungan ketepatan penggunaannya terhadap luaran terapi pada pasien bedah. Evaluasi penggunaan antibiotik secara kuantitatif dilakukan dengan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD), melalui perhitungan DDD/100 patient-days, untuk menentukan jumlah penggunaan antibiotik terbanyak pada pasien bedah. Semakin kecil kuantitas penggunaan antibiotik menunjukan penggunaan antibiotik yang lebih bijak. Evaluasi penggunaan antibiotik secara kualitatif dilakukan menggunakan metode Gyssens, untuk menilai kualitas penggunaan antibiotik yang kemudian dapat dijadikan sebagai rekomendasi dalam meningkatkan penggunaan antibiotik yang bijak pada pasien bedah. Analisis hubungan ketepatan penggunaan antibiotik dengan luaran terapi ditentukan dengan uji statistik Chi-Square dengan taraf signifikansi 5% yang diolah menggunakan aplikasi IBM SPSS 23. Hasil evaluasi kuantitatif menunjukkan bahwa DDD/100 patient-days terbanyak yaitu seftriakson sebesar 17,39 DDD/100 patient-days. Kuantitas penggunaan seftriakson telah menurun dibandingkan penelitian pada tahun 2015 (72,692 DDD/100 patient-days) dan 2016 (71,194 DDD/100 patient- days). Hasil evaluasi kualitatif menunjukkan bahwa terdapat 46,75% penggunaan antibiotik yang telah tepat, sementara 53,25% penggunaan antibiotik belum tepat, yang terdiri dari kategori VI (4,88%), kategori V (19,97%), kategori IVa (7,25%), kategori IVb (0,3%), kategori IVc (3,25%), kategori IVd (0,89%), kategori IIIa (4,73%), kategori IIIb (9,47%), kategori IIa (1,92%), dan kategori IIb (0,74%). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara ketepatan penggunaan antibiotik empiris dan definitif terhadap luaran terapi ‘sembuh’ pada pasien bedah (p=0,005). Berdasarkan hasil penelitian, sebaiknya perlu dilakukan langkah perbaikan penggunaan antibiotik sehingga penggunaan antibiotik dapat lebih bijak serta luaran terapi pada pasien bedah yang mengalami infeksi dapat lebih optimal di masa yang akan datang. Kata kunci: antibiotik empiris, antibiotik definitif, ATC/DDD, Gyssens, bedah, luaran terapi ABSTRACT EVALUATION OF EMPIRIC AL AND DEFINITIVE ANTIBIOTICS USE AND ITS EFFECT ON THERAPEUTIC OUTCOMES IN SURGICAL PATIENTS IN DR. HASAN SADIKIN CENTRAL GENERAL HOSPITAL By Annisa Fathadina NIM: 20719301 (Master’s Program in Pharmacy) Antibiotic resistance is one of the biggest public health problems that is still being faced worldwide. The development of antibiotic resistance can be controlled through the appropriate use of antibiotics. Before improving the use of antibiotics, it is necessary to evaluate the use of antibiotics that have been given. Research related to the use of antibiotics in surgical patients in Indonesia is still limited. From several existing studies, most of the use of antibiotics in surgical patients is still not appropriate. The use of antibiotics in surgical patients is intendeed to prevent (as prophylaxis) or treat infections that occur (as therapy). The use of therapeutic antibiotics includes empirical and definitive antibiotics. Empirical antibiotics are used in cases of infection or suspected infection for which the type and pattern of susceptibility of the bacteria are unknown, while definitive antibiotics are used in cases of infection for which the type and pattern of susceptibility of the bacteria are known.