ABSTRAK DEAF SPACE PADA PENATAAN R UANG KULIAH UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA PENYANDANG DISABILITAS PENDENGARAN (Studi kasus : Gedung Center of Art, Design & Language di ITB) Oleh Rachmita Maun Harahap NIM : 37016010 (Program Doktor Ilmu Seni Rupa dan Desain) Isu aksesibilitas dalam pengelolaan ruang publik hingga kini masih menjadi tantangan, khususnya bagi masyarakat penyandang disabilitas pendengaran (PDP) atau tunarungu/tuli. PDP adalah orang yang mengalami gangguan pendengaran dan komunikasi, sehingga lebih mengandalkan indera mata untuk memahami lawan bicara dan lingkungan. Hal inilah yang menyebabkan aksesibilitas PDP menjadi berkurang. Penyediaan fasilitas ruang kuliah di perguruan tinggi saat ini belum merespons isu audism, karena ketiadaan regulasi desain ruang bagi PDP. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasikan kondisi ruang kuliah eksisting yang berpengaruh terhadap mahasiswa PDP ditinjau dari aspek kemandirian belajar dan menemukan aspek-aspek signifikan pada penataan ruang kuliah eksisting terkait dengan perilaku mahasiswa PDP dalam proses pembelajaran. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan melengkapi diskusi deaf space pada ruang kuliah dalam rangka meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa PDP. Objek penelitian yang digunakan adalah ruang kuliah teori, studio, dan praktikum di Center of Art, Design and Language Institut Teknologi Bandung karena tidak dirancang ruang bagi PDP. Peneliti melakukan observasi pada objek penelitian untuk melihat sejauh mana ruang kuliah tersebut menerapkan konsep deaf space. Penelitian ini menggunakan mixed methods dengan pendekatan studi kasus, sedangkan desain penelitian yang digunakan yakni explanatory sequential. Data-data dikumpulkan melalui kuesioner, observasi langsung, wawancara, dan simulasi untuk mengindetifikasikan kondisi ruang kuliah eksisting dan aspek-aspek signifikan yang berpengaruh terhadap perilaku mahasiswa PDP dalam proses pembelajaran. Hasil temuan dari penelitian menunjukkan ruang kuliah eksisting tergolong dalam kategori kurang optimal, karena belum menggunakan konsep deaf space. Namun ketiga ruang kuliah yang diteliti tersebut telah menggunakan konsep deaf space, yaitu tata letak perabot, jarak pandang, pencahayaan, warna, material dan akustik berpengaruh terhadap perilaku mahasiswa PDP. Hal ini membuktikan bahwa konsep deaf space merupakan konsep yang sangat berguna dan penting untuk diterapkan pada ruang kuliah, agar mahasiswa PDP dapat mengakses proses pembelajaran secara mandiri. Kata kunci : penyandang disabilitas pendengaran, audism, kemandirian belajar, deaf space, penataan ruang kuliah ABSTRACT DEAF SPACE IN LECTURE SPACE ARRANGMENT FOR INCREASE THE LEARNING INDEPENDENCE OF STUDENTS WITH HEARING DISABILITIES (Case study : the Center of Art, Design & Language in ITB Building) By Rachmita Maun Harahap NIM : 37016010 (Doctoral Program of Fine Art and Design) Accessibility in public space management is still a challenge, including for person with hearing disabilities (PHD’s). PHD’s are people who have hearing and communication impairment, so their visual sense plays avital role in interacting with others, receiving communication, and understanding the environment. This results in decreasing the accessibility of PHD’s. The provision of space facilities in higher education institutions is currently not responding to audism due to the absence of regulation on space design, especially for PHD’s. This research aims to identify the condition of existing classrooms that affect of students with hearing disabilities of reviewed from the aspects of learning independence and find the significant aspects the furniture settings in the existing classrooms based on students with hearing disabilities behavior in the learning process. Besides, this research also aims to complete the deaf space discussion in the lecture space with the aim to increase the independence of students with hearing disabilities. The research object was used of in this research are the theory space, studio, and practicum at the Center of Art, Design and Language lecture space at the Bandung Institute of Technology is currently not explicitly designed for PHD’s.