157 Bab VI Kesimpulan dan Rekomendasi VI.1. Temuan Studi Transport stop yang dijadikan studi kasus untuk mengetahui daya tarik yang bisa menjadi inisiasi perkembangan kegiatan akibat pergerakan di dalam Teori Development Axes adalah Kawasan Rumah Makan Siang Malam dan Kawasan Rumah Makan Bukit Kahuripan di Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan yang berada di Koridor Jalan Lintas Sumatera. Pada kedua kawasan rumah makan ini memiliki karakteristik yang berbeda, dimana Kawasan Rumah Makan Siang Malam berkembang dan Kawasan Rumah Makan Bukit Kahuripan tidak berkembang dilihat dari adanya perluasan aktivitas ekonomi yang mampu diciptakan oleh kedua transport stop. Beberapa temuan studi yang didapatkan dari penelitian ini adalah: a) Temuan Terkait Perkembangan Transport Stop di Koridor Jalan Lintas Sumatera Untuk menjawab tujuan, didapatkan temuan terkait dengan perkembangan transport stop yang menjadi studi kasus di Koridor Jalan Lintas Sumatera Segmen Batas Provinsi Lampung – Pelabuhan Bakauheni, bahwa terdapat perbedaan perkembangan transport stop di Kawasan Rumah Makan Siang Malam dan Kawasan Rumah Makan Bukit Kahuripan. Perkembangan kedua rumah ini diukur dari Lieberson’s similarity measure. Rasio penggunaan lahan yang sejenis pada kedua kawasan rumah makan tersebut, memiliki indeks yang lebih kecil (0,97) dibandingkan dengan indeks penggunaan lahan yang tidak sejenis (1,40). Hal ini juga diperkuat dari indeks proporsi penggunaan lahan, perubahan kecepatan berkendara, dan kepadatan simpang di Rumah Makan Siang Malam yang lebih besar tarikannya dibandingkan dengan indeks di Rumah Makan Bukit Kahuripan. Tarikan yang semakin besar diasosiasikan dengan perkembangan Kawasan Rumah Makan Siang Malam lebih berkembang dibandingkan dengan Kawasan Rumah Makan Bukit Kahuripan. 158 b) Temuan Terkait Karakteristik Daya Tarik Fungsional dan Kognitif yang Mempengaruhi Pelaku Perjalanan di Koridor Jalan Lintas Sumatera Daya tarik diteliti berdasarkan preferensi dari 385 responden yang menjadi sampel dari penelitian. Terdapat 2 kategori daya tarik berdasarkan sintesis pustaka, yaitu daya tarik fungsional dan daya tarik kognitif. Variabel daya tarik yang digunakan dalam penelitian ini adalah: ➢ Daya tarik fungsional: desain fasad bangunan, nuansa budaya, jam operasional, panorama alam, pemeliharaan rutin, pilihan kegiatan beragam, aktivitas tambahan (belanja & oleh-oleh), keleluasaan ruang, keleluasaan tempat parkir, kualitas makanan, lingkungan tenang, pencahayaan cukup, dekat dengan pusat kota, amenitas lengkap, akses menuju tol, penanda/informasi jelas, lebar jalan memadai, fasilitas pendukung jalan, dan keragaman penggunaan lahan. ➢ Daya tarik kognitif: preferensi menggunakan kendaraan pribadi, prioritas sampai di tujuan, ketakutan perjalanan pada malam hari, ketersediaan waktu, kebiasaan singgah, organisasi perjalanan, dekat dengan tujuan, kebutuhan perilaku perjalanan lainnya, pelaku perjalanan tour & travel, informasi/rekomendasi singgah, harga makanan, datang tepat waktu, kerusakan kendaraan, dan tidak memiliki preferensi khusus. Dari 33 variabel daya tarik yang digunakan dalam penelitian ini, terdapat 10 variabel yang berpengaruh terhadap keputusan singgah dari pelaku perjalanan, baik di Rumah Makan Siang Malam maupun di Rumah Makan Bukit Kahuripan. Berikut temuan variabel daya tarik yang mempengaruhi pelaku perjalanan untuk memilih kedua rumah makan: ➢ Sangat berpengaruh: pilihan kegiatan yang beragam dan keleluasaan tempat parkir. ➢ Berpengaruh: jam operasional, preferensi untuk menggunakan kendaraan pribadi, ketersediaan waktu, kebiasaan singgah, dan harga makanan. ➢ Cukup berpengaruh: pencahayaan cukup, penanda/informasi jelas, dan lebar jalan yang memadai. ➢ Kurang berpengaruh dan tidak berpengaruh: desain fasad bangunan, nuansa budaya yang tampak, fasilitas pendukung jalan, kebutuhan pelaku 159 perjalanan lainnya, pelaku perjalanan dengan tour and travel, dan mengalami kerusakan kendaraan. Dari 33 variabel yang dianalisis, terdapat 16 variabel yang sudah dapat terjelaskan daya tariknya dapat mempengaruhi pelaku perjalanan untuk singgah. Namun, terdapat 17 variabel yang memiliki perbedaan karakteristik daya tarik di Rumah Makan Siang Malam dan Rumah Makan Bukit Kahuripan. Variabel tersebut antara lain: (1) panorama alam; (2) pemeliharaan rutin; (3) aktivitas tambahan (belanja dan oleh-oleh); (4) keleluasaan ruang; (5) kualitas makanan; (6) lingkungan yang tenang: (7) dekat dengan pusat kota; (8) amenitas lengkap; (9) akses menuju tol; (10) keragaman penggunaan lahan; (11) preferensi prioritas sampai di tujuan; (12) preferensi ketakutan melakukan perjalanan pada malam hari; (13) preferensi untuk mengorganisasi perjalanan; (14) preferensi memilih lokasi singgah yang dekat dengan tujuan; (15) informasi/rekomendasi singgah; (16) preferensi untuk datang tepat waktu; dan (17) pelaku perjalanan yang tidak memiliki preferensi spesifik. Adanya perbedaan karakteristik ini menjadi sebuah hipotesis bahwa terdapat variabel yang dapat mempengaruhi perbedaan perkembangan pada kedua rumah makan di Jalan Lintas Sumatera tersebut. Adanya perbedaan karakteristik ini akan dibuktikan dengan analisis diskriminan untuk mengetahui daya tarik yang mempengaruhi perbedaan perkembangan kedua transport stop. c) Temuan Terkait Daya Tarik Fungsional dan Kognitif yang Menjadi Inisiasi Perkembangan Transport Stop Akibat Pergerakan di Koridor Jalan Lintas Sumatera Sesuai dengan hasil analisis diskriminan, terdapat 9 daya tarik yang mempengaruhi perbedaan perkembangan transport stop yang menjadi studi kasus di Koridor Jalan Lintas Sumatera. Tingkatan daya tarik yang mempengaruhi transport stop: ➢ Aktivitas tambahan (belanja dan oleh-oleh); ➢ Amenitas yang lengkap; ➢ Keragaman penggunaan lahan; ➢ Lingkungan tenang; ➢ Kualitas makanan; 160 ➢ Preferensi untuk datang tepat waktu; ➢ Keleluasaan ruang; ➢ Preferensi untuk melakukan perjalanan pada siang hari (ketakutan perjalanan pada malam hari); dan ➢ Pelaku perjalanan yang termasuk dalam captive rider (pelaku perjalanan tour and travel). Berdasarkan pada hasil daya tarik yang mempengaruhi adanya perbedaan perkembangan kedua transport stop, didapatkan temuan bahwa 9 (sembilan) daya tarik dapat memberikan pengaruh pada adanya perluasan aktivitas ekonomi di Kawasan Rumah Makan Siang Malam, sedangkan di Kawasan Rumah Makan Bukit Kahuripan tidak ditemukan adanya sembilan daya tarik tersebut. Daya tarik yang mempengaruhi perluasan aktivitas ekonomi tersebut yang kemudian dapat menjadi inisiasi terhadap bagaimana kegiatan bisa berkembang akibat adanya pergerakan sebagaimana yang disebutkan di dalam Teori Development Axes. Terdapat variabel daya tarik yang bisa memberikan dampak perluasan aktivitas ekonomi namun tidak berpengaruh terhadap keputusan pelaku perjalanan, yakni pelaku perjalanan tour and travel. Pelaku perjalanan tour and travel yang tidak mempengaruhi pelaku perjalanan, menjadi daya tarik yang memberikan dampak perkembangan kawasan sekitar rumah makan. Hal ini dapat dikarenakan adanya faktor eksternal yang mempengaruhi, misalnya ada kerja sama antara pihak rumah makan dengan agen perjalanan tour, travel, atau bus. Berdasarkan data yang didapatkan dari Rumah Makan Siang Malam, bahwa rumah makan tersebut bekerja sama dengan beberapa operator bus untuk singgah di Rumah Makan Siang Malam, sehingga terbukti bahwa adanya pelaku perjalanan dengan tour, travel, atau bus ini dapat memberikan dampak untuk kawasan di sekitar rumah makan. Persamaan diskriminan yang digunakan untuk memprediksi transport stop akan berkembang atau tidak pada kegiatan berbasis perdagangan dan jasa dalam skala besar: 161 ������̂=−5.451+0,325 ������ 1+0,437 ������ 2+0,412 ������ 3+0,355 ������ 4 +0,262 ������ 5+0,347 ������ 6−0,265 ������ 7+0,301 ������ 8 −0,313 ������ 9 X1 Aktivitas Tambahan (Belanja & Oleh-oleh) X6 Keragaman Penggunaan Lahan X2 Keleluasaan Ruang X7 Ketakutan Perjalanan Malam X3 Kualitas Makanan X8 Pelaku Perjalanan Tour & Travel X4 Lingkungan Tenang X9 Datang Tepat Waktu X5 Amenitas Lengkap VI.2. Kesimpulan Dalam Teori Development Axes, kegiatan dapat berkembang sepanjang development axes akibat adanya aliran pergerakan orang dan barang pada lokasi tersebut yang kemudian dapat berkembang menjadi transport stop. Dari beberapa teori terkait dengan pengembangan wilayah belum dapat menjelaskan bagaimana kegiatan di sepanjang development axes dapat berkembang menjadi transport stop akibat adanya pergerakan. Pergerakan yang dapat mempengaruhi perkembangan transport stop, dapat terjadi karena adanya konsep daya tarik. Daya tarik ini kemudian dapat diasosiasikan dengan inisiasi dalam perkembangan transport stop. Di dalam penelitian ini, ditemukan bahwa adanya pengaruh daya tarik yang membedakan dua lokasi studi transport stop (Kawasan Rumah Makan Siang Malam dan Kawasan Rumah Makan Bukit Kahuripan). Daya tarik tersebut terbukti menyebabkan perbedaan dampak terhadap adanya perluasan aktivitas ekonomi di sekitar lokasi transport stop tersebut. Pada Kawasan Rumah Makan Siang Malam ditemukan terdapat 9 (sembilan) daya tarik yang mempengaruhi adanya perluasan aktivitas ekonomi. Pada kondisi sebaliknya di Kawasan Rumah Makan Bukit Kahuripan tidak ditemukan adanya daya tarik yang bisa mempengaruhi perluasan aktivitas ekonomi. Dari pendekatan perilaku perjalanan, tingkatan daya tarik yang berpengaruh antara lain: 1) Aktivitas tambahan yang ada di rumah makan (belanja, membeli oleh-oleh, pemesanan tiket bus, dan sebagainya); 2) Amenitas di kawasan rumah makan yang lengkap; 3) Keragaman penggunaan lahan (fasilitas umum dan sosial, perdagangan dan jasa, dan lain sebagainya); 162 4) Lingkungan sekitar rumah makan yang tenang; 5) Kualitas makanan; 6) Preferensi pelaku perjalanan untuk datang tepat waktu; 7) Keleluasaan ruang; 8) Preferensi pelaku perjalanan yang memiliki ketakutan melakukan perjalanan pada malam hari; dan 9) Pelaku perjalanan yang menggunakan tour and travel. Sesuai dengan tujuan penelitian, untuk mengetahui pengaruh daya tarik fungsional dan kognitif yang dapat menjadi inisiasi perkembangan transport stop di Koridor Jalan Lintas Sumatera, didapatkan hasil bahwa terdapat 6 (enam) daya tarik fungsional dan 3 (tiga) daya tarik kognitif yang dapat menjadi inisiasi perkembangan transport stop di Koridor Jalan Lintas Sumatera. Inisiasi perkembangan transport stop yang didapatkan pada Jalan Lintas Sumatera ini kemudian dapat digunakan untuk mendukung Teori Development Axes, bahwa perkembangan kegiatan dapat disebabkan oleh pergerakan di sepanjang development axes tersebut. VI.3. Rekomendasi Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa sebagai transport stop bertujuan untuk pengembangan wilayah (Teori Development Axes), salah satunya dengan tumbuhnya perluasan aktivitas ekonomi (penyerapan tenaga kerja dan pelibatan pasokan lokal) di sekitar kegiatan tersebut. Pengembangan transport stop bertujuan untuk menghindari adanya perkembangan kawasan/wilayah yang sporadis atau tidak sesuai dengan estimasi pengembangan serta arah pengembangannya. Untuk menumbuhkan transport stop berbasis kegiatan perdagangan dan jasa atau restoran, sehingga minimal dapat menumbuhkan perluasan aktivitas ekonomi, langkah- langkah yang dapat dilakukan sesuai dengan daya tarik yang bisa menjadi inisiasi perkembangan transport stop antara lain: 1. Dorongan pengembangan aktivitas tambahan pada kawasan yang akan dikembangkan sebagai transport stop. Pengembangan aktivitas dapat dilakukan baik di dalam lokasi rumah makan dan kawasan sekitar rumah makan yang masuk dalam radius pengembangan. Pengembangan aktivitas di 163 sekitar rumah makan dilakukan dengan peningkatan amenitas untuk menciptakan keragaman penggunaan lahan yang akan meningkatkan minat pelaku perjalanan untuk singgah pada rumah makan tersebut, karena keragaman aktivitas dalam satu lokasi. Amenitas yang dapat dikembangkan antara lain: hotel, SPBU, fasilitas peribadatan, bengkel, bank, dan perdagangan jasa lainnya.