11 BAB II Kajian Literatur BAB II merupakan kajian literatur yang membahas penelitian-penelitian sebelumnya yang menjadi acuan untuk merumuskan variabel penelitian dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian sebelumnya yang dibahas dalam kajian literatur adalah penelitian terkait pengaruh dari kondisi lingkungan binaan terhadap perilaku perjalanan. Selain itu juga dibahas penelitian terkait sikap perjalanan dan pengaruhnya terhadap perilaku pejalanan. II.1 Lingkungan Binaan dan Sistem Pergerakan Bartuska & Young (1994) menjelaskan bahwa lingkungan binaan (built environment) adalah semua hal yang dibuat, disusun, dan dijaga oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk menengahi lingkungan secara keseluruhan dengan hasil yang mempengaruhi konteks lingkungan. Adapun menurut EPA (2017) lingkungan binaan menyentuh semua aspek yang ada di kehidupan manusia, mencakup bangunan tempat tinggal, sistem distribusi yang menyediakan listrik dan jaringan air bersih, jaringan jalan, dan sistem transportasi yang mendukung pergerakan dari satu tempat ke tempat lainnya. Secara keseluruhan lingkungan binaan adalah hasil buatan manusia, yakni sistem yang diatur sehingga dapat mendukung manusia untuk memiliki tempat tinggal, bekerja, dan memenuhi kebutuhan rekreasi. Sistem pergerakan merupakan gambaran dari berbagai aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Aktivitas-aktivitas tersebut tercermin dari tataguna lahan yang merupakan bangkitan dan tarikan perjalanan. Adapun pergerakan dari aktivitas-aktivitas tersebut difasilitasi oleh jaringan transportasi (prasarana) dan moda transportasi (sarana) di mana interaksi antrara aktivitas dan sistem jaringan, serta sistem pergerakan tersebut akan membentuk sistem transportasi (Manheim, 1979). Lebih lanjut, sistem aktivitas memberikan pengaruh terhadap perilaku perjalanan. Pengaruh dari sistem aktivitas yang juga direpresentasikan oleh lingkungan binaan memberikan pengaruh terhadap perilaku perjalanan telah banyak dikaji sebelumnya. Kajian dari Ding & Cao (2019) dan Feng et al., (2017) menunjukkan bahwa lingkungan binaan dengan kepadatan yang 12 tinggi akan meminimalisir perjalanan dengan mobil pribadi. Guzman, Peña, & Carrasco (2020) mengkaji peranan dari lingkungan binaan dan karakteristik sosial- demografi terhadap panjang perjalanan di Bogota. Hasil kajian menunjukkan bahwa perjalanan di bagian pusat cenderung lebih pendek, termasuk kawasan- kawasan yang dekat dengan koridor BRT. Sedangkan perjalanan paling panjang (paling jauh) berada di kawasan pinggiran, di mana keragaman lahan dan indeks peluang kerja cenderung rendah. Perilaku perjalanan dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain, frekuensi perjalanan, biaya perjalanan, waktu tempuh perjalanan, jarak tempuh perjalanan, tujuan perjalanan (Choi, 2018) dan moda yang digunakan untuk melakukan perjalanan (Haybatollahi, Czepkiewicz, Laatikainen, & Kyttä, 2015). Kajian terkait hubungan antara lingkungan binaan dan perilaku perjalanan telah banyak dilakukan. Adapun dalam mengukur variabel lingkungan binaan, terdapat beberapa variabel yang digunakan, antara lain density, diversity, design, destination accessibility, dan distance to transit. II.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perjalanan Perilaku perjalanan dapat dijelaskan dengan pemilihan moda, tujuan perjalanan, dan frekuensi perjalanan. Pada penelitian Haybatollahi et al., (2015), perilaku perjalanan didefiniskan sebagai moda pilihan, frekuensi perjalanan, jenis lokasi yang menjadi tujuan, dan jarak dari tempat tinggal ke lokasi. Adapun lokasi tujuan dibagi ke dalam enam kategori, yaitu antara lain: lokasi untuk bekerja, sekolah atau situs belajar, toko groceries, pusat perbelanjaan, lingkungan untuk errand-running, lokasi untuk olahraga, dan lokasi untuk tujuan rekreasi (leasure). Sedangkan pemilihan moda dibagi menjadi berjalan kaki, bersepeda, mengemudi, dan menggunakan transportasi umum. Pada penelitian Choi (2018), perilaku perjalanan diukur dengan frekuensi dan jarak perjalanan dengan moda transportasi pilihan. Park et al., (2018) juga mengkaji perilaku perjalanan, yaitu data perjalanan one-way yang dilakukan selama periode 24 jam, meliputi waktu perjalanan, moda transportasi, dan tujuan perjalanan. Adapun Ding et al., (2017) membagi moda pilihan transit, berjalan kaki/bersepeda, dan menggunakan kendaraan pribadi. 13 Selain itu, Ding et al., (2017) juga mengukur jarak perjalanan dari rumah ke lokasi tujuan dengan satuan mill. Perilaku perjalanan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni meliputi faktor kualitatif dan kuantitatif, serta faktor spasial dan faktos aspasial. Adapun faktor kuantitatif yang mempengaruhi perilaku perjalanan antara lain adalah karakteristik sosial-ekonomi, demografi, dan karakteristik lingkungan binaan. Karakteristik sosial-demografi memiliki pengaruh yang kuat pada perilaku perjalanan, yakni pada pemilihan moda (Munshi, 2016). Selain itu faktor sosial-ekonomi juga mempengaruhi pemilihan moda (Gehrke & Wang, 2020). Sedangkan faktor kualitatif yang mempengaruhi perilaku perjalanan adalah persepsi dan preferensi perilaku perjalanan terhadap pemilihan moda (Haybatollahi et al., 2015)(Lin et al., 2017). II.2.1 Pemilihan Moda Pemilihan moda merupakan bagian dari perilaku perjalanan. Pemilihan moda memiliki urgensi penting di sistem transportasi karena pada dasarnya perencanaan transportasi mengupayakan untuk mempromosikan penggunaan transit dan transport aktif, meliputi berjalana kaki dan bersepeda (Tewahade et al., 2019). Hal tersebut juga dijelaskan oleh Ortuzar & Willumsen (1994) bahwa pemilihan moda adalah salah satu bagian yang penting dalam proses perencanaan transportasi, khususnya untuk merumuskan kebijakan transportasi publik dan mempromosikan transport aktif. Menurut Ding & Cao (2019) pemilihan moda dipengaruhi oleh kepemilikan kendaraan pribadi. Selain itu, pemilihan moda juga dipengaruhi oleh ukuran rumah tangga, pendapatan rumah tangga, usia, gender, dan jumlah anak dalam rumah tangga (Ding et al., 2017). Selain itu, pemilihan moda juga dipengaruhi oleh preferensi dan sikap perjalanan (Lin et al., 2017). II.2.2 Lingkungan Binaan dan Perilaku Perjalanan Penelitian terkait pengaruh kondisi suatu kawasan (lingkungan binaan) terhadap perilaku perjalanan telah banyak dilakukan. Lingkungan binaan pada awalnya dikenal dengan konsep 3D, yaitu density, diversity, dan design (Cervero & 14 Kockelman, 1997). Lebih lanjut, berdasarkan konsep tersebut, penelitian di lingkup lingkungan binaan terus berkembang. Kajian Ewing & Cervero (2010) menambahkan aspek variabel destination to accessibility dan distance to transit. Hasil kajian Ewing dan Cervero (2010) menunjukkan bahwa probabilitas perjalanan transit berhubungan kuat dengan jarak ke transit. Semakin dekat tempat tinggal dengan halte bus akan meningkatkan penggunaan transit. Selain itu, jarak tempuh perjalanan berhubungan kuat dengan ukuran destination accessibility. Kajian Ewing & Cervero (2010) menunjukkan bahwa selain variabel Density, Diversity, dan Design, terdapat pula variabel Destination to Accessibility dan Distance to Transit. A. Kepadatan (Density) Pada beberapa penelitian kepadatan dapat berupa kepadatan yang bersifat fisik, seperti kepadatan bangunan; kepadatan yang bersifat non-fisik, seperti lapangan pekerjaan; dan kepadatan penduduk (Zhu, Ho, Jiang, & Tan, 2020). Ding et al., (2017) melakukan penelitian di Baltimore untuk melihat pengaruh dari lingkungan binaan terhadap moda transportasi pilihan dengan mempertimbangkan kepemilikan mobil. Penelitian Ding et al., (2017) menunjukkan bahwa lingkungan binaan masih memiliki pengaruh signifikan terhadap kepemilikan mobil rumah tangga. Aspek kepadatan diukur dengan variabel kepadatan populasi dan kepadatan lapangan kerja.