1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Tamin (2000) menyebutkan dalam bukunya bahwa pergerakan dengan tujuan pendidikan atau bersekolah merupakan salah satu pergerakan yang memiliki kontribusi pergerakan yang tinggi. Hal tersebut dapat diterima khususnya di daerah perkotaan dimana proporsi pelajar dalam jumlah penduduk termasuk yang besar selain pekerja. Bandung Urban Mobility Project (2015) pun menegaskan hal tersebut dengan menyebutkan sekitar 51% pergerakan angkutan umum di Kota Bandung diwarnai oleh pergerakan dengan tujuan pendidikan. Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Perhubungan Kota Bandung pada tahun 2015 meluncurkan program bus sekolah untuk melayani pergerakan tersebut. Bus sekolah tersebut melayani 4 rute sejak diluncurkan. Tetapi berdasarkan penelitian pada tahun 2017, tingkat pelayanan secara umum dari bus sekolah ini belum optimal yang disebabkan oleh beberapa aspek. Salah satunya adalah adanya masalah dengan penentuan rute bus sekolah tersebut. Penelitian Mangara (2017) mengenai Kinerja Pelayanan Bus Sekolah Kota Bandung menemukan fakta bahwa terdapat ketidakefektifan dari penyelenggaraan bus sekolah tersebut. Indikatornya adalah terdapat sebagian rute yang memiliki tingkat keterisian rendah, yaitu di bawah 70%. Waktu menunggu penumpang pun rata – rata melebihi 5 menit. Pada salah satu rute, waktu tempuh rata – ratanya adalah 67 menit dimana hal ini dinilai terlalu lama untuk perjalanan menuju sekolah. Kepadatan lalu lintas menjadi salah satu penyebab tidak efektifnya penyelenggaraan rute bus sekolah Kota Bandung. Ditambah lagi, per tahun ajaran baru 2019/2020, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menetapkan sistem zonasi untuk seluruh sekolah di Indonesia yang memberikan dampak terhadap bus sekolah Kota Bandung. Akan tetapi, Dinas Perhubungan memberikan asumsi bahwa kebijakan zonasi PPDB tersebut kontraproduktif dengan program bus sekolah dimana dengan adanya kebijakan tersebut, pelajar yang menggunakan bus sekolah semakin menurun jumlahnya. Kondisi eksisting rute yang melayani pergerakan pelajar tersebut tidak seperti tipikal bus sekolah yang ada di Amerika Serikat, dimana berbentuk loop, akan tetapi seperti tipikal bus 2 pada umumnya. Rute yang mirip dengan bus pada umumnya ini memiliki potensi untuk melayani jarak yang jauh akan tetapi sulit untuk menjangkau pelajar secara keseluruhan ditambah lagi dengan ukuran bus yang sama dengan bus Trans Metro Bandung, terkecuali satu rute. Selain dari fakta empiris dan juga adanya kebijakan zonasi tersebut, ada wacana dimana Dinas Perhubungan Kota Bandung, sebagai pengelola dari Bus Sekolah Kota Bandung, akan mengalihkan sebagian armada dari bus sekolah untuk melayani Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati dan juga akan menghentikan program Bus Sekolah tersebut. Melihat permasalahan tersebut, pada dasarnya program bus sekolah masih diperlukan mengingat tingginya pergerakan untuk tujuan pendidikan di Kota Bandung yang jika tidak dilayani maka akan berpotensi meningkatkan penggunaan kendaraan pribadi di Kota Bandung. Oleh karena itu, perlu ada kajian lebih rinci untuk merancang suatu rute yang optimal agar pelayanan bus sekolah dapat meningkat sehingga bus sekolah menjadi salah satu alternatif moda yang digemari khususnya oleh pelajar di Kota Bandung. I.2 Rumusan Persoalan Kim, dkk. (2011) menyebutkan dalam literaturnya bahwa permasalahan rute bus sekolah (School Bus Routing Problem), yang akan disebut SBRP, terdiri dari tiga sub masalah utama yaitu pemilihan tempat pemberhentian, bangkitan rute (atau perjalanan) dan penjadwalan. Lebih lanjut lagi, dalam literatur yang lain, Park, dkk. (2010) pun menyebutkan bahwa sub – sub permasalahan tersebut kadang diselesaikan secara terpisah karena tingkat kompleksitasnya yang tinggi. Berdasarkan Desrosiers, dkk. (1981) dalam Park, dkk. (2010), SBRP dapat diselesaikan dengan lima tahap: persiapan data, pemilihan tempat pemberhentian, bangkitan rute bus, pengaturan waktu sekolah dan penjadwalan rute. Dalam literatur lain, SBRP disebutkan mirip dengan Vehicle Routing Problem, yang akan disebut VRP, seperti disebutkan dalam Euchi dan Mraihi (2011) dimana VRP sendiri merupakan salah satu metode penting dalam perencanaan transportasi dimana metode tersebut membantu mengefisiensikan suatu armada kendaraan yang harus melakukan beberapa kali pemberhentian untuk mengangkut atau mengantarkan penumpang maupun barang. Kedua jurnal tersebut mencoba untuk menyelesaikan permasalahan rute bus sekolah dimana sistem rute bus sekolah tersebut berbeda dengan yang ada di Kota Bandung. 3 Bus sekolah di kedua jurnal tersebut dan yang berlaku pada umumnya di luar negeri menggunakan sistem loop dimana satu sekolah memiliki bus sekolah tersendiri atau satu regional memiliki sistem sendiri dimana untuk satu armada hanya melayani pelajar – pelajar yang terdaftar dalam rute tersebut. Bus sekolah di Kota Bandung memiliki keunikan dimana sistem rutenya sama seperti angkutan bus pada umumnya yang berangkat dan berhenti di terminal dan halte bukan langsung di sekolah. Karena sistem tersebut, maka pelajar yang menaiki satu armada bus sekolah akan berbeda setiap harinya. Permasalahan terdapat dalam sistem tersebut dimana sering kali bus tidak berhenti tepat di pemberhentiannya dan jadwal kedatangannya yang tidak bisa dipastikan sama seperti bus umum lainnya. Selain itu, karena orientasi rutenya adalah terminal ke terminal banyak sekolah yang tidak terlayani sehingga hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa pelajar tidak mau menaiki bus sekolah. Adanya kebijakan zonasi dianggap oleh pengelola bus sekolah sebagai salah satu faktor yang memperparah rendahnya tingkat okupansi dari bus sekolah. Langkah yang diambil oleh pengelola, yaitu Dinas Perhubungan Kota Bandung adalah adanya wacana untuk mengalihkan sebagian armada untuk melayani angkutan Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati dan juga ada wacana untuk dihentikan. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji mengenai solusi terhadap permasalahan rute bus sekolah Kota Bandung yang berbeda dari jurnal – jurnal sebelumnya dimana karakteristik penggunanya adalah pelajar tetapi memiliki karakteristik rute bus pada umumnya yang kemudian rute tersebut akan dioptimalisasi sehingga dapat meningkatkan tingkat pelayanan bus sekolah Kota Bandung. Dari permasalahan yang diangkat, maka timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut : “Bagaimana mengoptimalkan rute bus sekolah di Kota Bandung dengan mempertimbangkan pola pergerakan pelajar dan kebijakan zonasi?” I.3 Tujuan dan Sasaran Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan rute yang optimal dari Bus Sekolah Kota Bandung yang mampu memaksimalkan pelayanan bus sekolah sehingga memiliki dampak terhadap pengurangan penggunaan kendaraan pribadi di Kota Bandung, khususnya bagi pelajar dengan mempertimbangkan zonasi sekolah. 4 Adapun sasaran yang harus dipenuhi adalah: 1. Teridentifikasinya cakupan layanan bus sekolah berdasarkan jarak rata – rata tempat pemberhentian bus sekolah terhadap lokasi asal (first mile) dan lokasi tujuan (last mile) potensial. 2. Teridentifikasinya pola sebaran pelajar yang dapat dilayani oleh rute bus sekolah eksisting. 3. Tersusunnya alternatif skenario simulasi rute bus sekolah untuk mengoptimalkan rute eksisting dari sisi cakupan pelayanan. I.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Masyarakat Umum Dapat memberikan pandangan terhadap urgensi penggunaan angkutan umum terutama bagi kalangan pelajar. 2. Akademisi dan peneliti Dapat menjadi rujukan bagi penelitian di masa – masa mendatang khususnya bagi penelitian yang berhubungan dengan simulasi penentuan rute angkutan umum massal. 3. Praktisi dan Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi para decision maker dalam merencanakan angkutan umum massal, khususnya angkutan pelajar, dengan mempertimbangkan regulasi antar instansi yang berkepentingan. I.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibagi kedalam dua bagian, yaitu ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah.