Hasil Ringkasan
1 Bab I Pendahuluan Gangguan kardiovaskular merupakan Penyakit Tidak Menular (PTM) yang paling utama di seluruh dunia, dimana aterosklerosis merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas yang terkait denganCardio Vascular Disease(CVD). Penyebab paling umum penyakit kardiovaskular adalah dislipidemia yang merupakan suatu proses terjadinya penumpukan lipid pada dinding arteri yang menyebabkan terjadinya proses aterosklerosis. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling sering adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterolLow Density Lipoprotein(LDL), kadar trigliserida, serta penurunan kadarHigh Density Lipoprotein(HDL). Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI tahun 2014 melaporkan bahwa terdapat lebih dari 36 juta orang meninggal setiap tahunnya disebabkan oleh PTM (63% dari seluruh kematian) terutama penyakit kardiovaskular. Prevalensi dislipidemia menurut Riskesdas (tahun 2013) pada penduduk usia≥15 tahun dengan kadar kolesterol total diatas nilai normal merujuk pada nilai yang ditentukan padaNational Cholesterol Education Program-Adult TreatmentPanel(NCEP-ATP III) yaitu >200mg/dL adalah sebesar 35,9%. Sementara pada penduduk usia≥15 tahun dengan kadar kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) secara keseluruhan didapatkan sebagian besar penduduk Indonesia masuk dalam kategorinear optimaldanborderlineadalah 60,3% (nilaiLDL 100-129 mg/dL) dan lebih dari 15,9% penduduk dengan kadar LDL tinggi dan sangat tinggi (nilai LDL tinggi 160-189 mg/dL dan sangat tinggi yaitu≥190mg/dL) (Riskesdas2013). Langkah awaldalampenatalaksaan dislipidemia dimulai dengan penilaian jumlah faktor risiko koroner yang ditemukan pada pasien (risk assesment) untuk menentukan sasaran kolesterol-LDL yang harus dicapai. Penatalaksanaan dislipidemia terdiri atas penatalaksaan non-farmakologis danfarmakologis.Pada penangananpasien dislipidemia harus dimulai dengan pengobatan non- 2 farmakologi terlebih dahulu,kemudiandilanjutkan dengan pemberian obat penurun lipid. Pada umumnya pengobatan non-farmakologi dilakukan selama tiga bulan sebelum memutuskan untuk menambahkan obat penurunkadarlipid. NCEP-ATP III menganjurkan sebagai obat pilihan pertama adalah golongan HMG-CoAreductase inhibitor,karena sesuai dengan kesepakatan dimana kadar kolesterol-LDL merupakan sasaran utama pencegahanpenyakit arteri koroner. Saat ini dikenal sedikitnya 6 jenis obat yang dapat memperbaiki profil lipid serum yaitubile acid sequestran,3-hydroxy-3-methyl-glutaryl-coenzym A reductase inhibitor(inhibitorHMG-CoAreduktase), derivat asam fibrat, asam nikotinat, ezetimibe, dan asam lemak omega-3(PERKENI 2013). Bukti penurunan morbiditasdan mortalitas kardiovaskular yang berhubungan dengan intervensi gaya hidup sebagai aspek terapi non-farmakologi tidak sekuat bukti yang berhubungan dengan intervensi farmakologi (PERKENI 2013). Pentingnya konseling intervensi gaya hidup terutama berhubungan dengan perubahan positif terhadap perilaku untuk mengendalikanprofil lipid.Konseling pada pasien dislipidemiaadalah suatu upaya yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik.Tujuan intervensi gaya hidup adalah untuk mengurangi kolesterol LDL, konsentrasi TGdan meningkatkan kolesterol HDL. Usaha yang dapat dilakukan antara lain mengurangi asupan asam lemak jenuh, meningkatkan asupan serat, mengurangi asupan karbohidrat dan alkohol, meningkatkan aktivitas fisik sehari- hari, mengurangi berat badan berlebih dan menghentikan kebiasaan merokok. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis keefektifan terapi non-farmakologi dengan pendekatan konseling modifikasi gaya hidup terhadap subjek dislipidemia..