Hasil Ringkasan
111 Bab VI Kesimpulan Berdasarkan hasil-hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pola dan bentuk anyaman vernakular biaksial tunggal (sasag) memiliki aturan dasar bentuk pola geometri yang dapat diinvestigasi menggunakan pendekatan komputasional. Melalui penerapan metode komputasional dalam mengolah dan mentransformasikan pola anyaman vernakular hasil eksplorasi desain lebih eksploratif secara signifikan. Pola-pola anyaman vernakular yang diinvestigasi menggunakan Interweaving Grammar (Line Composition) secara teori dapat dibuktikan mampu berintegrasi dengan prinsip modular pada desain fasad bangunan. Karena batang-batang anyaman apat dikonversikan ke dalam unit-unit satuan (unit-based) yang mewakili bentuk panel pada sistem modular fasad bangunan. Metode komputasional yang melibatkan proses elaborasi Interweaving Grammar memberikan kemudahan bagi aplikasi anyaman pada desain arsitektural dengan cara mengetahui algoritma teknik membuat anyaman secara komputasional (Computational Weaving). Tahapan rules atau susunan aturan dari Interweaving Grammar (Line Composition) yang digunakan dapat disesuaikan dengan keadaan dari konteks desain yang berbeda, sehingga secara keseluruhan tahapan Interweaving Grammar (Line Composition) tersebut dapat dirangkum menjadi 5 (lima) tahap dengan penyesuaian tambahan, yaitu (1) Labeling Rule, (2) Rotation Rule, (3) Repetition Rule, (4) Knot Rule, dan (5) Profiling Rule. Perbedaan definisi dan modifikasi pada tahapan-tahapan tersebut terjadi karena metode harus sedapat mungkin merepresentasikan bentuk anyaman sasag yang dapat dibawa ke dalam desain arsitektural secara parametrik. Selain itu, penggunaan metode komputasional yang diterapkan pada fase design development. di mana desain bangunan telah ditentukan tanpa adanya keterkaitan dengan konsep yang sama sebelumnya. Sehingga tahapan dari Interweaving 112 Grammar mengalami perubahan susunan prosedur di tahap Repetition Rule, Knot Rule, dan Profiling Rule untuk bisa diterapkan pada bidang fasad yang dimaksud. Pada tahap implementasi desain, dengan melibatkan software simulasi panel fasad bangunan seperti SmartForm dan software simulasi struktur Karamba maka aspek keterbangunan fasad dengan pola anyaman ini dapat digambarkan sebanding dengan kondisi nyata untuk persiapan pembangunan. Adapun kelebihan dari penggunaan metode komputasional ini adalah aspek fabrikasi/manufaktur dari setiap elemen unit anyaman yang dapat diproduksi secara massal dengan ukuran yang berbeda-beda dengan tingkat kepresisian yang tinggi. Berdasarkan keseluruhan proses penelitian yang telah dilalui maka dapat ditarik sebuah kesimpulan penting mengenai aplikasi metode desain pola anyaman pada fasad bangunan dengan pendekatan komputasional seperti pada yang terlihat pada Tabel VI.1 berikut ini. Tabel VI.1 Hasil kesimpulan aplikasi metode anyaman komputasional pada tahapan desain arsitektural. Aplikasi Metode Anyaman Komputasional pada Fase Desain Rasionalisasi terhadap Desain Fasad Bangunan Dampak Terhadap Desain 1. Tahap Awal (Preliminary Design/Form Finding) Mudah Bagus dan lebih fleksibel 2. Tahap Akhir (Design Development) Kompleks. Namun bisa (menggunakan structural adaptor/adjuster) Kurang fleksibel. Namun dapat disesuaikan Penerapan metode anyaman secara komputasional pada desain fasad suatu bangunan akan memiliki dampak tertentu apabila diterapkan pada masing-masing tahap desain. Metode anyaman secara komputasional pada fase awal desain akan memudahkan penyesuaian bentuk struktur bangunan yang mengikuti pola anyamannya.