Hasil Ringkasan
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang "Streets and their sidewalks, the main public places of a city, are its most vital organs. Think of a city and what comes to mind. Its streets. If the city’s streets look interesting, the city looks interesting; if they look dull, the city looks dull." (Jane Jacobs, Death and Life of Great American Cities,1961) Pernyataan Jane Jacobs tersebut menekankan pentingnya jalan sebagai elemen kota dalam membentuk persepsi terhadap citra kota secara keseluruhan, karena pengalaman seseorang terhadap sebuah kota terutama terjadi ketika sedang bergerak di sepanjang jalan, baik dengan berjalan kaki maupun mengunakan kendaraan. Di dalam proses tersebut, informasi yang tersaji di sepanjang jalan akan dilihat, dirasakan dan diserap oleh para pengguna jalan, serta membentuk persepsi mengenai lingkungan jalan tersebut. Jacobs (1961) menunjukkan bahwa tampilan jalan sebagai ruang publik sangat berpengaruh dalam membentuk persepsi seseorang terhadap citra sebuah kota secara keseluruhan. Lynch (1960) menyebutkan bahwa elemen pembentuk citra kota adalah paths, landmarks, nodes, edges dan districts, dengan penekanan bahwa path atau jalan merupakan elemen pembentuk citra kota yang paling penting, karena elemen-elemen lainnya terletak di sekitar atau disepanjang jalan (Appleyard, 1970; Erem dan Gur, 2011), dan bisa dikenali ketika seseorang berada di jalan (Lynch, 1960). Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa jalan dialami oleh masyarakat sebagai ruang kota, dan tampilan visual jalan atau streetscape yang terbentuk oleh elemen-elemen di sepanjang jalan akan menpengaruhi persepsi masyarakat terhadap kota secara keseluruhan. Jalan berfungsi sebagai ruang sirkulasi sekaligus sebagai ruang publik yang berperan penting dalam kehidupan masyarakat dan mencerminkan budaya setempat (Sivam, 2008; Sepe dan Pitt, 2013). Beberapa kota memiliki jalan yang bermakna dan menimbulkan persepsi kuat bagi pengguna. Jalan tersebut dianggap memiliki suasana yang lebih menarik atau lebih menyenangkan dari pada jalan- 2 jalan yang lain, sehingga orang selalu mengingatnya dan ingin kembali ke jalan yang sama ketika berada di kota tersebut (Jacobs, 1993). Sebagai contoh antara lain adalah Champs Elysees di Paris, Las Ramblas di Barcelona, Orchard Road di Singapura atau Malioboro di Yogyakarta. Jalan-jalan seperti itu oleh Alan Jacobs (1993) disebut sebagai great street, yaitu jalan-jalan yang dikenal dan menjadi representasi kota karena memiliki daya tarik yang khas. Great street merupakan jalan yang banyak dituju dan menjadi tempat beraktivitas, sehingga dapat merefleksikan lokalitas kota yang tercermin dalam bentuk aktivitas penggunaan ruang jalan maupun karakter streetscape-nya. Great street memiliki kualitas yang menimbulkan kesan kuat bagi pengguna, streetscape-nya dapat dinikmati dan mudah diingat oleh masyarakat (Jacobs, 1993). Lynch (1960) menggunakan istilah imageability untuk merujuk pada kualitas tersebut, sementara beberapa peneliti lain memakai istilah sense of place (Relph, 1976; Lewicka, 2008; Najafi, 2011). Keberadan great street menegaskan penyataan Jane Jacobs mengenai peran jalan dalam membentuk citra kota secara keseluruhan. Great street sebagai jalan dengan imageability atau sense of place kuat seringkali menjadi tempat yang pertama kali diingat ketika seseorang membayangkan suatu kota atau dengan kata lain menjadi representasi identitas kota. Pembentukan great street melibatkan persepsi pengguna jalan, merupakan hasil dari proses mental berdasarkan pengalaman, memori, sikap dan sensasi yang dirasakan (Jacobs, 1993; Jun, 2003). Persepsi yang tercipta mungkin berbeda antara pejalan kaki dengan pengguna kendaraan.