BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan dijabarkan mengenai temuan studi dan kesimpulan yang didapatkan dari hasil analisis, rekomendasi yang diajukan untuk berbagai pemangku kepentingan terkait penellitian, kelemahan dari penelitian yang telah dilakukan, serta saran studi lanjutan yang dapat dilakukan untuk menyempurnakan atau melengkapi penelitian ini. 5.1 Temuan Studi Dari analisis yang telah dilakukan pada penelitian, didapat beberapa temuan studi yang dapat digunakan untuk menjawab sasaran penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Temuan studi yang didapatkan adalah sebagai berikut. 1. Gambaran mengenai aksesibilitas dan karakteristik individu di kedua wilayah studi didapatkan dari hasil survey primer berupa observasi dan penyebaran kuesioner pada penduduk. x Pada Dusun Bunikasih tidak terdapat layanan angkutan umum sama sekali sehingga warga pada akhirnya terpaksa berjalan kaki atau menyewa ojek jika perlu untuk melakukan pergerakan ke luar tempat tinggal, sedangkan layanan angkutan umum pada Dusun Cibeureum masih tersedia walaupun jumlahnya terbatas dan masih dirasa kurang tepat untuk melayani pergerakan masyarakat. x Kondisi fisik jalan menuju Dusun Cibeureum mayoritas berada dalam kondisi sedang (56,13%) dengan beberapa ruas mengalami rusak ringan (43,87%), sedangkan mayoritas kondisi fisik jalan menuju Dusun Bunikasih berada dalam kondisi rusak, baik rusak berat (41,53%) maupun ringan (32,82%). Kondisi fisik jalan ini membuat beberapa ruas jalan menjadi licin dan membahayakan keselamatan pada musim hujan. 120 x Persebaran fasilitas pada Dusun Cibeureum tergolong sudah cukup baik dan dapat dijangkau dengan mudah, kecuali fasilitas belanja yang lokasinya terletak di luar daerah. Fasilitas kesehatan dan pendidikan sudah banyak terdapat pada daerah Dusun Cibeureum, bahkan hingga tingkat SMA/sederajat. Lain halnya dengan Dusun Bunikasih, dimana fasilitas terdekat terletak pada jarak sekitar 6 km. Fasilitas belanja bahkan terletak sangat jauh dari Dusun Bunikasih, yaitu sekitar 20 km. x Mayoritas responden pada kedua wilayah studi bekerja sebagai pekerja harian lepas. Jumlah pekerja harian lepas pada Dusun Bunikasih mencapai hingga 58% yang terdiri atas buruh tani, pembuat gula dan kuli bangunan. Jumlah pekerja harian lepas pada Dusun Cibeureum adalah sebanyak 63% yang hanya terdiri dari buruh tani saja. Jenis pekerjaan tersebut menggambarkan bahwa masyarakat pada kedua wilayah studi sangat jarang melakukan pergerakan eksternal, dilihat dari tujuan bekerja yang terletak di sekitar tempat tinggal. Kegiatan sehari-hari seperti bekerja dan berbelanja dilakukan pada wilayah tempat tinggal, sedangkan kegiatan lain seperti mengunjungi kerabat sangat jarang dan bahkan kegiatan berwisata hampir tidak pernah dilakukan oleh responden. Pergerakan eksternal ke luar daerah tempat tinggal tidak dilakukan secara rutin dan sering. x Moda pergerakan yang mayoritas digunakan adalah berjalan kaki (71%). Sepeda motor hanya digunakan oleh sebanyak 26% responden untuk melakukan pergerakan. Kurangnya pergerakan oleh angkutan umum bisa disebabkan oleh tidak tersedianya atau kurangnya layanan angkutan umum di wilayah studi. x Sebagian besar responden pada kedua wilayah studi memiliki sepeda motor (63%), tetapi hanya sedikit yang menggunakannya secara regular untuk pergerakan sehari-hari (3% pada Dusun Bunikasih dan 36% pada Dusun Cibeureum). Pada kedua wilayah studi, tidak jarang rumah tangga yang mempunyai sepeda motor tetapi jarang atau bahkan tidak menggunakannya, dikarenakan kondisinya yang tidak layak jalan atau karena tidak lengkapnya surat-surat. Alasan untuk tidak mempunyai sepeda motor dibagi menjadi 121 tiga dengan proporsi masing-masing yang kurang lebih sama, yaitu merasa pendapatan kurang (36%), merasa belum membutuhkan sepeda motor (31%), dan tidak bisa mengendarai sepeda motor (33%). 2. Kedua variabel kontrol pada model, yaitu usia dan jenis kelamin dinilai tidak signifikan secara statistik menurut algoritma PLS-SEM. Variabel usia dan jenis kelamin memiliki t statistik sebesar 1.567 dan 0.436 sehingga kedua variabel tersebut tidak signifikan secara statistik baik pada tingkat kepercayaan 90% atau 95%. Dengan demikian, pada studi ini berarti variabel usia dan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap variabel eksklusi sosial. 3. Pada studi ini, terdapat beberapa indikator yang dihapuskan dari pemodelan karena beberapa alasan, yaitu indikator difabilitas (Ind_Difab) yang dihapuskan karena variansinya nol, indikator aksesibilitas yang berhubungan dengan kondisi jalan (Aks_Jalan) serta ketersediaan angkutan umum (Aks_PT) yang variansinya nol untuk responden pada Dusun Bunikasih, indikator sosiodemografi individu yang berkaitan dengan jumlah anggota keluarga (Ind_Kel) dan kewajiban dalam keluarga (Ind_Wajib) karena loading-nya yang rendah pada semua variabel laten, serta indikator eksklusi sosial yang berkaitan dengan kegiatan produksi (Eks_Prod) juga dihapuskan karena dinilai tidak signifikan secara stastistik. 4. Analisis peran keberadaan sepeda motor terhadap hubungan setiap variabel TDA terhadap eksklusi sosial dilakukan dengan pengujian variabel mediasi. Dari hasil pengujian didapat bahwa keberadaan sepeda motor (baik kepemilikan maupun penggunaan), bukan merupakan variabel mediator untuk hubungan variabel-variabel TDA dan eksklusi sosial. Hal ini dapat dijelaskan oleh fenomena yang terjadi di lapangan bahwa responden sangat jarang menggunakan sepeda motor dalam pergerakan sehari-harinya. Bahkan responden yang memiliki sepeda motor pun banyak yang pada akhirnya tidak menggunakannya. Oleh karena itu, secara empiris penggunaan sepeda motor ternyata tidak mempengaruhi kondisi eksklusi sosial responden pada konteks pedesaan dalam studi ini, khususnya untuk menunjang kegiatan sehari-hari. 122 5. Tingkat kepentingan dan performa masing-masing variabel dianalisis pada kedua wilayah studi dikarenakan karakteristik aksesibilitasnya yang berbeda. x Pada kedua wilayah studi secara keseluruhan, variabel aksesibilitas memiliki peran paling penting untuk eksklusi sosial. Oleh karena itu, secara keseluruhan variabel aksesibilitas diharapkan menjadi variabel yang paling diperhatikan untuk mengintervensi eksklusi sosial dalam konteks studi kasus ini. x Pada Dusun Cibeureum, variabel aksesibilitas masih menjadi yang paling penting walaupun performanya sudah baik. Hal yang juga perlu untuk diperhatikan adalah variabel perilaku perjalanan. Lebih spesifiknya indikator yang perlu untuk diperhatikan adalah aksesibilitas dari segi jarak dan waktu. Akan tetapi karena kedua indikator tersebut telah memiliki performa yang baik maka tidak perlu terlalu diperhatikan. Indikator yang lebih penting untuk diperhatikan adalah aksesibilitas yang terkait dengan adanya alternatif moda pergerakan. Hal ini bisa terjadi dikarenakan sulitnya responden pada Dusun Cibeureum untuk melakukan pergerakan ekskternal dikarenakan kurangnya alternatif moda pergerakan, padahal responden mengatakan bahwa penting untuk melakukan pergerakan eksternal seperti ke pasar atau bank yang terletak cukup jauh di luar wilayah tempat tinggal. x Sama halnya dengan Dusun Cibeureum, pada Dusun Bunikasih pun variabel yang paling penting untuk diperhatikan adalah aksesibilitas. Lebih spesifiknya, aspek aksesibilitas yang penting untuk diperhatikan adalah penyediaan alternatif moda pergerakan serta pengurangan biaya perjalanan. Hal ini bisa diakibatkan oleh letak fasilitas dasar yang jauh dari daerah tempat tinggal sehingga warga harus menempuh jarak yang jauh dengan berjalan kaki. Alternatif moda yang terdapat pada Dusun Bunikasih dinyatakan tidak terjangkau dari segi biaya sehingga memberatkan warga untuk melakukan pergerakan, terutama perjalanan eksternal.