167 Bab VI Kesimpulan Dan Rekomendasi Pada bab ini akan disampaikan terkait dengan temuan dan kesimpulan dari hasil pengumpulan data, pengamatan lapangan, dan analisis. Kemudian akan disampaikan pula rekomendasi yang terkait kebijakan dan studi lanjutan. VI.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil kajian dan analisis yang telah dilakukan, untuk menjawab tujuan dari studi ini maka didapat beberapa temuan studi, yang antara lain adalah: 1. Karakteristik Guna Lahan Eksisting dan Persebaran Fasiitas di sepanjang koridor angkutan umum x Penggunaan lahan kawasan perdesaan yang dilewati oleh Trayek Angdes 030 Cilimus – Linggarjati secara administratif menunjukkan proporsi luas lahan pertanian ±54% dari total luas wilayahnya. Sedangkan penggunaan lahan di sepanjang koridor menunjukkan bahwa layanan angkutan perdesaan ini melewati melewati kawasan perdesaan dengan kegiatan yang sudah bersifat non agraris (perdagangan dan jasa, objek wisata, akomodasi wisata dan pusat-pusat desa). x Trayek 030 Cilimus – Linggarjatilebih banyak melewati fasilitas perdagangan dan jasa di sepanjang koridor utama Cirebon-Kuningan, fasilitas pendidikan dan kesehatan cukup lengkap dan tersebar merata. Sebagian melewati pusat pemerintahan desa. x Penggunaan lahan kawasan perdesaan yang dilewati oleh Trayek Angdes 061 Cilimus – Mandirancan secara administratif menunjukkan proporsi luas lahan pertaian ±64% dari total luas wilayahnya. Sedangkan penggunaan lahan di sepanjang koridor menunjukkan bahwa layanan angkutan perdesaan ini melewati kawasan perdesaan dengan kegiatan dominan pertanian dilihat dari banyaknya guna lahan sawah. x Trayek 061 Cilimus – Mandirancan melewati fasilitas pendidikan yang cukup minim (1 SMA, 2 SMP, 1 SD), fasilitas kesehatan berada di pusat Kecamatan Mandirancan, dan hanya melewati 3 pusat desa. 168 x Penggunaan lahan kawasan perdesaan yang dilewati oleh Trayek Angdes 037 Lengkong - Rancakeusik secara administratif menunjukkan proporsi luas lahan pertaian ±58% dari total luas wilayahnya. Sedangkan penggunaan lahan di sepanjang koridor menunjukkan bahwa layanan angkutan perdesaan ini melewati kawasan perdesaan dengan kegiatan yang sudah bersifat campuran antara pertanian dan perdagangan jasa. x Trayek 037 Lengkong – Rancakeusik lebih melewati banyak fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan cukup lengkap dan tersebar di masing-masing kecamatan, melewati pusat pemerintahan desa dan kecamatan. 2. Karakteristik Sosial Masyarakat x Trayek 030 Cilimus – Linggarjati melewati kawasan perdesaan dengan kepadatan penduduk 22 jiwa/ha dengan mata pencaharian utama masyarakat adalah buruh tani, pedagang, dan pegawai swasta. x Trayek 061 Cilimus – Mandirancan melewati kawasan perdesaan dengan kepadatan penduduk 18 jiwa/ha dengan mata pencaharian utama masyarakat adalah buruh tani, tukang (kepala keluarga banyak yang bekerja sebagai buruh bangunan di luar daerah). x Trayek 037 Lengkong – Rancakeusik melewati kawasan perdesaan dengan kepadatan penduduk 20 jiwa/ha dengan mata pencaharian utama masyarakat adalah buruh tani, pedagang, dan swasta yang juga banyak bekerja di luar daerah. x Terkait kepemilikan kendaraan pribadi yaitu sepeda motor, diketahui bahwa dalam wilayah layanan trayek 030 Cilimus – Linggarjati masih terdapat ± 29% rumah tangga yang belum memiliki sepeda motor, dalam wilayah layanan trayek 061 Cilimus – Mandirancan masih terdapat ± 35% rumah tangga yang belum memiliki sepeda motor, dan dalam wilayah layanan trayek 037 Lengkong - Rancakeusik masih terdapat ± 42% rumah tangga yang belum memiliki sepeda motor. 169 3. Karakteristik Pergerakan Masyarakat dengan Angkutan Perdesaan x Karakteristik penumpang angkutan perdesaan trayek 030, 061, dan 037 menunjukkan kesamaan, yakni didominasi oleh kaum wanita (ibu rumah tangga, pedagang, pekerja) dan anak sekolah (SMP, SMA, SMK). x Frekuensi penumpang yang merupakan anak sekolah juga memiliki karakter yang sama untuk ketiga trayek yakni anak SMP akan melakukan perjalanan 6 kali seminggu sedangkan anak SMA/SMK akan melakukan perjalanan 5 kali seminggu untuk ke sekolah. x Frekuensi penumpang angdes trayek 030, 061, dan 037 memiliki karakter yang saama yakni frekuensi penumpang menuju pasar cukup rendah yakni dilakukan 1-2 kali sebulan, namun pergerakan menuju pasar adalah yang paling tinggi dibanding tujuan kesehatan, bekerja, dan mengantar anak sekolah. Frekuensi penggunaan angdes tinggi (>4 kali sebulan) biasanya dilakukan oleh pedagang dengan tujuan ke pasar dan mengantar anak sekolah (SD). x Waktu pergerakan anak sekolah di masing-masing trayek menunjukkan karakter yang sama yakni waktu berangkat adalah sekitar pukul 06.30 hingga 07.00 dan waktu pulang sekitar pukul 15.00-16.00. x Waktu pergerakan pedagang biasanya mengangkut banyak barang di masing-masing trayek menunjukkan karakter yang sama yakni waktu pulang sekitar pukul 06.00. x Waktu pergerakan penumpang umum pada trayek 030 ini banyak dilakukan pada pukul 08.00-09.00, pada rute ini masih terlihat penumpang pada siang hari yang menuju pasar. Sedangkan waktu pulang penumpang cukup bervariasi namun paling tinggi adalah pukul 10.00. x Waktu pergerakan penumpang umum pada trayek 061 ini banyak dilakukan pada pukul 07.00-08.00, sedangkan waktu pulang cukup bervariasi pada rute ini namun paling tinggi adalah pukul 10.00. x Waktu pergerakan penumpang umum pada trayek 037 ini banyak dilakukan pada pukul 07.00-08.00, sedangkan waktu pulang cukup bervariasi pada rute ini namun paling tinggi adalah pukul 12.00. Waktu pulang penumpang trayek 037 yang lebih siang dibanding 2 trayek lainnya 170 karena menggunakan angkot 07 terlebih dahulu sebelum berganti moda dengan angdes 037. x Moda angkutan lainnya yang terkadang digunakan penumpang trayek 030 dan 061 jika tidak ada angkutan umum adalah ojek dan andong, sedangkan penumpang trayek 037 biasanya menggunakan ojek, karena moda alternatif lainnya lebih banyak berada di Kecamatan Maleber. 4. Kinerja layanan angkutan perdesaan x Dari aspek jumlah armada, untuk ketiga trayek sama-sama memiliki jumlah armada yang kurang sesuai dengan jumlah armada yang terdaftar di Dishub karena jumlahnya berlebih dan menunjukkan ketidakefisiensi layanan karena jumlah penumpang saat ini mulai menurun. x Dari segi kelembagaan, angkutan perdesaan trayek 030, 061 dan 037 kepemilikannya masih perseorangan dan belum berbadan hukum. Koperasi baru terbentuk untuk angkutan trayek 037 tetapi kendaraan-kendaraan belum resmi menggunakan nama koperasi tersebut. x Dari parameter kinerja layanan yang diukur, layanan angkutan perdesaan trayek 030 ini dari segi rute sudah cukup efektif mengakomodasi permukiman dengan pusat kegiatan, memiliki frekuensi yang masih cukup baik, waktu tunggu kendaran yang masih tergolong cukup wajar, namun memiliki kekurangan dalam hal waktu keberangkatan dari Terminal Cilimus yang cukup lama padahal jumlah armadanya banyak, faktor muat angkutan ini ± 42-59% per harinya dan tergolong masih rendah, waktu tempuh 1 rit (12 km) adalah 63 menit dengan kecepatan 11 km/jam, dari 16 indikator SPM Angkutan Perdesaan, saat ini yang belum terpenuhi ada 7 indikator yaitutanda pengenal awak, ketersediaan informasi trayek di dalam kendaraan, fasilitas kebersihan, kondisi fisik dan kompetensi pengemudi, lampu senter, informasi pelayanan. x Dari parameter kinerja layanan yang diukur, layanan angkutan perdesaan trayek 061 ini dari segi rute menghubungkan 2 titik pusat kegiatan kecamatan namun guna lahan yang dilewati lebih banyak lahan pertanian sehingga bangkitan jumlah penumpangnya rendah, frekuensi kendaraan pada pagi hari cukup tinggi namun setelah jam 12 frekuensinya menurun 171 drastis bahkan tidak pasti, waktu tunggu kendaraan ini berangkat dari terminal cukup lama yakni 30-45 menit padahal jumlah armada yang beroperasi cukup banyak, waktu tempuh 1 rit (18 km) adalah 73 menit dengan kecepatan 15 km/jam, faktor muat angkutan ini ± 33-56% per harinya dan tergolong masih rendah, dari 16 indikator SPM Angkutan Perdesaan karena saat ini yang belum terpenuhi adalah 6 indikator yaitu lainnya yang masih belum terpenuhi adalah tanda pengenal awak, fasilitas kebersihan, kondisi fisik dan kompetensi pengemudi, lampu senter, informasi pelayanan. x Dari parameter kinerja layanan yang diukur, layanan angkutan perdesaan trayek 037 ini dari segi rute menghubungkan 2 pusat kecamatan dengan beragam fasilitas pendidikan dan perdagangan dan jasa namun juga melewati persawahan sedangkan kawasan permukimannya berjarak 50- 100 m dari sisi koridor jalan, walaupun memiliki potensi pergerakan tinggi tetapi faktor muat kendaraan per harinya cukup rendah yakni 28-35%, frekuensi kendaraan cukup tinggi ketika pagi hari dan setelah jam 12 mulai berkurang drastis tetapi masih terprediksi bahwa masih ada kendaraan yang lewat, waktu tunggu kendaraan ini berangkat dari Terminal Lengkong cukup lama yakni 30-45 menit padahal jumlah armada yang beroperasi cukup banyak, waktu tempuh 1 rit (14 km) adalah 80 menit dengan kecepatan 151 km/jam, dari 16 indikator SPM Angkutan Perdesaan karena saat ini yang belum terpenuhi adalah 7 indikator yaitu lainnya yang masih belum terpenuhi adalah tanda pengenal awak, ketersediaan informasi trayek di dalam kendaraan, fasilitas kebersihan, kondisi fisik dan kompetensi pengemudi, lampu senter, informasi pelayanan. 5. Penilaian penumpang terhadap layanan angkutan perdesaan x Berdasarkan penilaian penumpang angkutan perdesaan Trayek 030 Cilimus – Linggarjati diketahui bahwa waktu tunggu kendaraan di jalan yaitu 95,7% tergolong normal/wajar, waktu tunggu kendaraan berangkat di terminal 63% lama, waktu tempuh perjalanan 88% normal, kemudahan mencapai titik angkutan umum 83,7% mudah, tarif 100% terjangkau, aspek keamaan 100% aman, 91,3% kondisi angkutan nyaman, 172 keselamatan 100% cukup tinggi, perilaku menyetir supir 95,7% tertib, dan kondisi angkutan 96,7% bersih. x Berdasarkan persepsi penumpang terhadap kebutuhan angkutan perdesaan Trayek 061 Cilimus – Mandirancan diketahui bahwa waktu tunggu kendaraan di jalan yaitu 76,9% tergolong normal/wajar namun siang hari mulai tidak terprediksi waktu tunggunya, waktu tunggu kendaraan berangkat di terminal 98,10% lama, waktu tempuh perjalanan 71,2% normal, kemudahan mencapai titik angkutan umum 96,2% mudah, tarif 98,1% terjangkau, aspek keamaan 100% aman, 98,1% kondisi angkutan nyaman, keselamatan 100% cukup tinggi, perilaku menyetir supir 100% tertib, dan kondisi angkutan 96,2% bersih. x Berdasarkan persepsi penumpang terhadap kebutuhan angkutan perdesaan Trayek 037 Lengkong - Rancakeusik diketahui bahwa waktu tunggu kendaraan di jalan yaitu 87,2% normal/wajar, waktu tunggu kendaraan berangkat di terminal 100% lama, waktu tempuh perjalanan 85,1% normal, kemudahan mencapai titik angkutan umum 87,2% mudah, tarif 91,5% terjangkau, aspek keamaan 100% aman, 100% kondisi angkutan nyaman, keselamatan 100% cukup tinggi, perilaku menyetir supir 100% tertib, dan kondisi angkutan 100% bersih. 6. Persepsi penumpang terhadap kebutuhan peningkatan angkutan perdesaan x Berdasarkan persepsi penumpang terhadap kebutuhan angkutan perdesaan Trayek 030 Cilimus – Linggarjati diketahui bahwa 67,4% tidak memerlukan jadwal angkutan yang jelas, 55,4% menginkan frekuensi kendaraan paling lama 1 kendaraan/10 menit, 54,30% menginginkan waktu tunggu kendaraan berangkat di terminal 10 menit, 70,7% tidak memerlukan spesifikasi kendaraan dengan ruang bagasi, dan 64,1% bersedia berjalan kaki menuju lokasi naik angkutan umum selama 5 menit (300-500 m berjalan kaki). x Berdasarkan persepsi penumpang terhadap kebutuhan angkutan perdesaan Trayek 061 Cilimus – Mandirancan diketahui bahwa 55,8% tidak memerlukan jadwal angkutan yang jelas dan selebihnya membutuhkan, 55,8% menginkan frekuensi kendaraan paling lama 1 kendaraan/10 menit, 173 48,1% menginginkan waktu tunggu kendaraan berangkat di terminal 10 menit, 50% memerlukan spesifikasi kendaraan dengan ruang bagasi, dan 67,3% bersedia berjalan kaki menuju lokasi naik angkutan umum selama 5 menit (300-500 m berjalan kaki). x Berdasarkan persepsi penumpang terhadap kebutuhan angkutan perdesaan Trayek 037 Lengkong - Rancakeusik diketahui bahwa 95,7% tidak memerlukan jadwal angkutan yang jelas, 76,6% menginkan frekuensi kendaraan paling lama 1 kendaraan/10 menit, 100% menginginkan waktu tunggu kendaraan berangkat di terminal 10 menit, 100% tidak memerlukan spesifikasi kendaraan dengan ruang bagasi, dan 85,1% bersedia berjalan kaki menuju lokasi naik angkutan umum selama 5 menit (300-500 m berjalan kaki). VI.2 Kesimpulan Dalam memenuhi pergerakan masyarakat yang utamanya untuk tujuan pendidikan dan ekonomi, layanan angkutan perdesaan saat ini perlu ditingkatkan kualitas layanannya dengan mempertimbangkan persepsi masyarakat, standar pelayanan minimal, dan juga kemampuan operator layanan angkutan umum perdesaan. Faktor karakteristik wilayah dan pergerakan masyarakat dengan menggunakan angkutan perdesaan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya mempertahankan permintaan angkutan saat ini atau bahkan dapat meningkatkan. Kawasan perdesaan yang lebih berkembang dengan keberadaan sektor perdagangan dan jasa pariwisata diketahui memiliki kinerja layanan angkutan umum yang cukup rendah, perbaikan layanan lebih ditekankan pada manajemen operasional kendaraan yang lebih teratur/terjadwal di terminal, efisiensi jumlah kendaraan untuk mencapai faktor muat 70%, adanya intervensi pemerintah terhadap selisish biaya operasional kendaraan dan pendapatan, serta pemenuhan SPM Angkutan Perdesaan untuk indikator ketersediaan tanda pengenal awak, informasi trayek di dalam kendaraan, fasilitas kebersihan, kondisi fisik, kompetensi, lampu senter, informasi pelayanan. Spesifikasi kendaraan yang multiguna sebagai pengangkut penumpang dan barang kurang dibutuhkan pada 174 kondisi layanan yang seperti ini karena melihat peran angkutan lebih untuk melayani penumpang umum.