9 Bab II Tinjauan Literatur Dalam bab ini penulis akan mendiskusikan pengertian SIA dan bagaimana konsep, dimensi dan proses dari SIA dapat menjadi alat yang berguna dalam proses perencanaan. Dalam perkembangannya, penggunaan SIA terus mengalami perubahan yang tidak saja untuk menganalisa keuntungan dan kerugian dari suatu proyek tetapi juga bagaimana mengelola perubahan sosial dan masalah lainnya yang muncul dari suatu proyek pembangunan. Dalam perkembangannya, 26 tugas dalam 4 tahap dari penilaian dampak akan membantu para penilai (assessor) untuk mengimplementasikan SIA. Lebih lanjut lagi, tugas-tugas tersebut akan menuntun untuk mengidentifikasi mengenai masalah dan dampak, strategi penanganan dari suatu pembangunan dan monitoring program (Vanclay, dkk., 2015). Pada akhir bab ini penulis juga akan mendiskusikan bagaimana SIA dapat berkontribusi dalam menangani masalah sosial yang muncul pada suatu proyek transportasi dan tantangan yang mungkin bisa diatasi. Pengertian Social Impact Assessment II.1 Ide mengenai SIA telah lama muncul sebagai suatu alat untuk membantu para pengambil keputusan dalam menentukan konsekuensi dari suatu tindakan. Awal penggunaan SIA dapat ditemukan pada tahun 1933 di Amerika dalam laporan Presidential Commission yang berjudul Recent Social Trend yang menyatakan untuk lebih memperhatikan pada ukuran-ukuran perubahan sosial (Daneke, dkk., 1983). Perhatian terhadap dampak sosial terus tumbuh dan mulai digunakan ke dalam aturan di Amerika. Kemunculan SIA yang sangat jelas adalah di awal 1970an saat SIA merupakan bagian dari upaya untuk merespons terhadap aturan lingkungan hidup yang baru (Freudenburg, 1986) yang dikenal sebagai National Environmental Policy Act (NEPA). Hal itu menjadi bukti bahwa ketika mengubah lingkungan atau ekosistem maka akan mengubah budaya dan organisasi sosial manusia. Meski masih dianggap samar-samar, upaya untuk meletakkan dasar pertimbangan pembangunan sosial, melalui penilaian yang dilakukan dengan melibatkan 10 berbagai dasar disiplin ilmu masih dianggap sebagai suatu pendorong yang penting. Melalui NEPA, sebelum suatu instansi mengambil tindakan yang dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas lingkungan masyarakat, adalah penting untuk menyiapkan suatu pendirian, berbagai cabang ilmu pengetahuan dan penilaian dari tindakan-tindakan yang mungkin berdampak atau memiliki konsekuensi, suatu penilaian yang sekarang dikenal sebagai pernyataan dampak lingkungan (environmental impact statement) Terdapat beberapa usaha untuk mendefinisikan SIA. Freudenburg (Freudenburg, 1986) mengatakan bahwa SIA merupakan upaya antisipasi secara umum untuk memproyeksikan kemungkinan dampak sebelum itu terjadi, itu merupakan pencampuran, suatu turunan dari ilmu pengetahuan dan proses politik untuk merespons meningkatnya perhatian masyarakat terhadap degradasi lingkungan dan implikasi sosial dari teknologi. Secara umum, Freudenburg merujuk SIA sebagai suatu upaya menaksir dampak secara luas yang mungkin dialami oleh suatu kelompok sosial secara luas sebagai suatu hasil dari beberapa perubahan tindakan. Becker (Becker, 2001) mendefinisikan SIA sebagai “proses mengidentifikasi konsekuensi di masa depan dari tindakan yang diusulkan atau yang saat ini dilakukan yang terkait dengan individu, organisasi, dan sistem makro sosial”. Sementara Jacquet (Jacquet, 2014) mengatakan bahwa SIA adalah meramalkan dalam gagasan bahwa para pengambil keputusan harus mengerti konsekuensi dari keputusan mereka sebelum mereka bertindak, dan bahwa orang-orang yang terimbas tidak hanya akan dinilai dari pengaruh tersebut, namun memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam merancang masa depan mereka. Suatu pemahaman yang lebih komprehensif mengenai SIA diutarakan oleh Vanclay dan Esteves (Vanclay & Esteves, 2011) bahwa SIA saat ini telah meluas dari praktik yang dijalankan oleh para ahli untuk memprediksi dampak menjadi suatu proses mengatur masalah-masalah sosial. Vanclay dan Esteves mendefinisikan SIA sebagai proses menganalisa, memonitor, dan mengelola konsekuensi pembangunan. Konsekuensi sosial ini, baik positif maupun negatif, 11 dari suatu intervensi rencana dan proses-proses perubahan sosial apapun yang terjadi oleh intervensi itu. Dalam prinsipnya, dampak sosial dilihat sebagai yang mempengaruhi individu, organisasi dan/atau komunitas. Vanclay (Vanclay, 2003) menganggap bahwa cara yang baik untuk mengkonseptualkan dampak sosial adalah ketika perubahan terjadi terhadap satu atau lebih dari cara hidup orang-orang, budaya mereka, komunitas-nya, perseorangan dan hak milik, dan kekhawatiran dan aspirasi. Jadi, SIA digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah, potensi dampak termasuk komunitas yang terpengaruh. Vanclay berargumen bahwa tujuan dari SIA adalah untuk memastikan pembangunan yang dilaksanakan memaksimalkan keuntungan dan me-minimalisasi biaya dari pembangunan itu. Biaya tersebut biasanya ditanggung oleh komunitas dan sering tidak dihitung oleh pengambil keputusan, karena biaya tersebut tidak mudah untuk diidentifikasi, tidak mudah dihitung, dan tidak mudah diukur, ketika dampak dari pembangunan dapat diidentifikasi, keputusan yang tepat dapat dibuat dan langkah meringankan dapat diterapkan, sehingga konflik yang muncul dari suatu pembangunan dapat dihindari. Nilai-Nilai Inti dan Prinsip dari Penilaian Dampak Sosial II.2 Menurut Vanclay (Vanclay, 2003), terdapat enam nilai-nilai inti dari SIA yang juga diyakini oleh banyak praktisi SIA, yaitu: 1. Adanya asas hak asasi manusia yang setara dalam budaya, perlakuan yang sama pada pria dan wanita. 2. Adanya hak untuk memiliki asas hak asasi manusia tersebut yang dilindungi oleh hukum, keadilan diterapkan secara sama dan wajar kepada semua, dan tersedia bagi semua. 3. Orang-orang mempunyai hak untuk hidup dan bekerja dalam lingkungan yang kondusif bagi kesehatan dan kualitas kehidupan yang baik yang memungkinkan pengembangan manusia dan potensial sosial. 4. Dimensi sosial dari lingkungan (khusus namun tidak eksklusif yaitu perdamaian, kualitas hubungan sosial, kebebasan dari rasa takut) merupakan aspek-aspek penting dari kesehatan dan kualitas kehidupan masyarakat. 12 5. Orang-orang memiliki hak untuk terlibat dalam membuat suatu keputusan tentang intervensi rencana yang akan berpengaruh pada hidup mereka. 6. Pengetahuan lokal dan pengalaman merupakan hal yang berharga dan dapat digunakan untuk meningkatkan intervensi rencana. Selain nilai-nilai inti tersebut terdapat prinsip penting dari pelaksanaan SIA yang mewujudkan rasa hormat pada hak untuk menentukan sendiri bagi komunitas setempat dan menyediakan suatu proses untuk memastikan pengenalan yang efektif, menghormati dan perlindungan terhadap hak yaitu prinsip Free, Prior Informed and Consent (FPIC). Prinsip ini dapat diterapkan kepada masyarakat yang terkena proyek terutama ketika perlu mendapatkan lisensi untuk beroperasi. Dijelaskan dalam panduan International Association for Impact Assessment – IAIA (Vanclay, dkk., 2015) bahwa, Free berarti masyarakat bebas dari paksaan, intimidasi, gangguan dan manipulasi dari pemerintah. Prior berarti izin harus didapatkan dan diterima sebelum aktivitas pada tempat masyarakat dilakukan dan waktu yang cukup disediakan untuk memberikan pertimbangan oleh masyarakat yang terkena dampak. Sedangkan Inform berarti harus ada penjelasan yang lengkap dari pengembang proyek kepada masyarakat mengenai proyek yang direncanakan, dan apa arti proyek bagi mereka termasuk dampak yang mungkin muncul. Consent berarti masyarakat memiliki pilihan yang nyata, apakah menerima atau menolak bila tawaran yang diberikan tidak memuaskan. Perubahan Sosial dan Dampak Sosial II.3 Adalah penting untuk mengidentifikasi bahwa terdapat perbedaan konsep dari proses perubahan sosial dan dampak sosial. Banyak variabel dampak yang diukur dalam penelitian SIA adalah bukan merupakan dampak, namun itu adalah proses dari perubahan sosial yang mengarah ke dampak sosial (Becker & Vanclay, 2003). Proses-proses perubahan sosial yang dianggap atau dinilai tergantung dari konteks sosial ketika berbagai kelompok sosial bertindak. Sementara kelompok yang rentan kurang mampu untuk beradaptasi dan akan memikul sebagian besar konsekuensi yang tak diinginkan dari perubahan. Dampak-dampak sosial, oleh karena itu, secara implisit tergantung konteks. Proses perubahan sosial adalah hasil dari intervensi, proyek atau program, yang kemudian disebut ‘perubahan 13 urutan pertama’ dapat menuntun ke proses perubahan yang lebih lanjut ke proses- proses perubahan tingkat kedua dan ke urutan yang lebih tinggi. Sebagai tambahan pengalaman sosial dari perubahan dapat pula mendorong orang untuk melakukan perilaku lainnya yang menuntun kepada proses perubahan sosial yang lebih jauh. Banyak dari ahli dampak sosial menekankan bahwa tidak mungkin untuk mendetailkan seluruh dimensi dampak sosial, perubahan sosial memiliki suatu cara untuk membuat perubahan lagi.