97 Bab IV Gambaran Umum Wilayah Studi Dalam penelitian ini, yang menjadi daerah studi adalah daerah Bandung bagian Utara yang merupakan bagian dari DAS Cikapundung dan beberapa DAS lainnya, serta sebagian besar merupakan bagian dari Kabupaten Bandung Barat. Uraian berikut memperlihatkan kondisi lingkungan di Kabupaten Bandung Barat tersebut yang diambil dari RTRW Kabupaten Bandung Barat tahun 2008. IV.1 Iklim Berdasarkan zone iklim lokalnya, zone agroklimat di Kabupaten Bandung Barat termasuk ke dalam zone agroklimat B1, B2, dan B3. Zone agroklimat B1, B2 dan B3 memiliki bulan-bulan basah berturut-turut selama tujuh sampai sebilan bulan dan bulan kering kurang dari dua bulan pada Zone B1atau bulan kering antara dua sampai tiga bulan pada Zone B2 atau bulan kering lebih dari tiga bulan pada Zone B3. Berdasarkan kondisi bulan-bulan basah tersebut, maka pada wilayah yang mempunyai zone agroklimat B1, B2 dan B3 dapat ditanam dua kali dalam setahun bagi sawah tadah hujan. Untuk curah hujan, curah hujan rata-rata tahunan di wilayah Kabupaten Bandung Barat < 1.500 – 3.500 mm/tahun. Wilayah-wilayah yang mempunyai curah hujan kurang dari 1.500 mm/tahun adalah wilayah dataran antara lain meliputi sebagian Kecamatan Batujajar dan Padalarang. Wilayah-wilayah yang mempunyai curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun meliputi sebagian Kecamatan Batujajar, Cihampelas, Ngamprah, Padalarang dan Parongpong. Wilayah-wilayah yang mempunyai curah hujan 2.000-2.500 mm/tahun meliputi sebagian Kecamatan Lembang, Parongpong, Cisarua, Ngamprah, Cipatat, Cipongkor, Sindangkerta. Wilayah- wilayah yang mempunyai curah hujan 2.500-3.000 mm/tahun meliputi sebagian Kecamatan Lembang, Parongpong, Cisarua, Cikalongwetan, Cipeundeuy, Cipatat, Rongga, Gununghalu dan Sindangkerta. Curah hujan tertinggi terjadi di daerah pegunungan di bagian utara Kabupaten Bandung Barat (3.000-3.500 mm/tahun) terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Cikalong Wetan dan Cipeundeuy. 98 IV.2 Kemiringan Lereng Kabupaten Bandung Barat didominasi oleh kemiringan lereng yang sangat terjal (> 40%) terutama di kawasan utara (KBU). Di Kecamatan Gununghalu sebagai kecamatan yang mempunyai kemiringan lereng sangat terjal terluas (13.480 ha). Adapun kemiringan lereng datar (0-8%) merupakan kemiringan lereng dengan luas dominan kedua. Kecamatan Batujajar adalah kecamatan dengan luas lereng datar (0-8%) terluas (4.899 ha). Kemiringan lereng 8-15% cenderung untuk berada di beberapa kecamatan saja. IV.3 Ketinggian Ketinggian di Kabupaten Bandung Barat secara umum berkisar antara 0 – 2.000 m dpl. Persentase ketinggian terbesar adalah 500 – 1.000 m dpl, yaitu seluas 59.614,15 ha atau sebesar 46,68% dari luas Kabupaten Bandung Barat, sedangkan persentase ketinggian terkecil, yaitu 1.500 – 2.000 m dpl, dengan luas 10.480,39 ha atau sebesar 8,10% dari luas Kabupaten Bandung Barat. Khusus untuk DAS Cikapundung Hulu, DAS ini merupakan DAS yang membentuk cekungan sebagai dasar dan dikelilingi oleh perbukitan dan pegunungan. DAS Cikapundung Hulu terletak pada ketinggian 900 m dpl sampai 2.000 m dpl, dimana tempat tertingginya terletak di Gunung Tangkuban Perahu. Kawasan lembah merupakan daratan yang membentuk cekungan seperti mangkuk. Peta Topografi DAS Cikapundung Hulu diperlihatkan pada Gambar IV.1. IV.4 Morfologi Berdasarkan kemiringan lereng dan beda tinggi serta kenampakan di lapangan morfologi Kabupaten Bandung Barat dikelompokkan menjadi 4 (empat) satuan morfologi, yaitu morfologi pedataran, landai, perbukitan dan morfologi pegunungan. Pada morfologi pegunungan yang terdapat DAS Cikapundung Hulu berada pada deretan Gunung Tangkuban Perahu (2.209 m), Gunung Burangrang (2.064 m), dan Gunung Bukit Tunggul (2.209 m). Peta morfologi pada area DAS Cikapundung Hulu diperlihatkan pada Gambar IV.2. 99 Gambar IV.1 Peta topografi hulu Sungai Cikapundung (RTRW Kabupa ten Bandung Barat, 2008) 100 Gambar IV.2 Peta morfologi hulu Sungai Cikapundung (RTRW Kabupaten Bandung Barat, 2008) 101 Morfologi perbukitan dibagi menjadi perbukitan batuan beku dan bergelombang, mempunyai karakteristik yaitu relief berbukit, terpisah, elevasi ketinggian 700 – 1.500 m diatas muka laut (m dpl), kemiringan 15 - 70%, berpola aliran sungai sejajar dan dendritik, umumnya bukan daerah resapan utama air tanah. Batuan penyusun berupa batuan beku intrusi dan lava serta breksi gunung dan batuan sedimen tersier. Proses geodinamis adalah patahan aktif, serta agradasi karena longsoran tebing, erosi dan aktivitas manusia. IV.5 Sumber Daya Air IV.5.1 Air Permukaan Sumber mata air yang terdapat di Wilayah Kabupaten Bandung Barat umumnya dijumpai di sekitar kaki, lereng dan bagian atas perbukitan yang tersusun oleh batuan vulkanik dan mempunyai penyebaran tidak merata. Daerah-daerah mata air yang cukup banyak dijumpai di sekitar perbukitan utara, timur dan selatan. Di bagian barat (kecuali barat laut), pemunculan mata air dapat disebut sebagai daerah yang sangat jarang dijumpai. Di Kabupaten Bandung Barat terdapat dua (2) Danau/Situ Alam dan dua (2) Waduk/Danau Buatan. Danau/Situ Alam terdiri dari Situ Lembang (KBU) dan Situ Ciburuy. Situ-situ ini dimanfaatkan sebagai lokasi tujuan wisata. Waduk/danau buatan yaitu Waduk Saguling dan Cirata yang merupakan sumber tenaga listrik (PLTA). Kabupaten Bandung Barat dilalui oleh beberapa sungai yang memiliki daerah aliran sungainya masing-masing. Salah satu daerah aliran sungai tersebut adalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung Hulu. DAS ini merupakan kawasan hidrologis dari mata air Cikapundung sampai outlet di kawasan sekitar Jembatan Siliwangi Kecamatan Cidadap dan Coblong, Kota Bandung. Luas arealnya sekitar 12.365 ha yang meliputi Kecamatan Lembang, Coblong, Cidadap, Cimenyan, dan Cilengkrang. DAS Cikapundung Hulu seperti Lembang, Ciumbuleuit, dan Dago memiliki berbagai kelebihan, sehingga tanah di daerah itu mempunyai nilai ekonomi tinggi. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak para pengembang begitu bernafsu untuk 102 melakukan pembangunan fisik di sana. Perubahan tata guna lahan dari hutan menjadi ladang dan permukiman yang mulai terjadi di beberapa lokasi menyebabkan tingkat erosi menjadi meningkat, yaitu di bagian utara sungai dari kawasan Suntenjaya sampai Maribaya. Adanya perubahan tata guna lahan dari hutan menjadi ladang yang cukup masif terjadi mulai dari kawasan Maribaya hingga ke arah selatan, sehingga kualitas fisik air sungai mulai menurun dengan drastis. Hal ini terlihat dari perubahan warna air yang semula bening berubah menjadi kecoklatan. Pada bagian hulu ini karakteristik sungai berkelok-kelok terutama dari daerah Cibodas sampai dengan Mekarwangi. Daerah dengan kondisi sungai yang berkelok-kelok merupakan lokasi yang berpotensi terjadinya erosi dan sedimentasi. IV.5.2 Air Tanah Di Kabupaten Bandung Barat terdapat daerah resapan air tanah yang merupakan resapan utama atau primer meliputi bagian lereng bervegetasi lebat pada ketinggian tertentu sampai puncak gunung yang terutama dibentuk oleh batuan gunung api muda. Selain itu, zona resapan utama meliputi pula bagian daerah pegunungan dan perbukitan berupa punggungan yang bertindak sebagai tinggian pemisahan air utama bagi sungai-sungai yang mengalir ke utara dan selatan. Berdasarkan hasil penelitian hidrogeologi untuk menentukan batas horizontal cekungan air tanah yang dilakukan oleh Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan yang kemudian disahkan melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2003, cekungan air tanah di Jawa Barat terdapat 27 buah, dengan dua cekungan air tanah diantaranya termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung Barat. IV.5.3 Sistem Aliran Air Tanah Sungai Cikapundung mengalir melewati berbagai batuan penyusun akifer dari utara ke selatan seperti endapan gunung api Formasi Cibeureum, Formasi Cikapundung, dan Formasi Kosambi.