Hasil Ringkasan
BAB 6 Binar Tyaghita Cesarin

Jumlah halaman: 5 · Jumlah kalimat ringkasan: 25

167 BAB VI PENUTUP VI.1 Temuan Studi Kelompok Pengguna Penelitian lapangan menemukan bahwa pada lokasi penelitian ditemukan adanya kelompok pengguna creative cluster yang terdiri atas bohemian, welfare dan gentrifier. kelompok bohemian pada kawasan terdiri atas mahasiswa dengan kelompok ekonomi menengah kebawah, mahasiswa dan/atau warga yang berwirausaha di bidang kuliner dan IT serta seniman. Bentuk wirausaha di bidang kuliner dapat berupa usaha kue rumahan serta makanan beku sementara bentuk wirausaha di bidang IT dapat berupa usaha pengolah data (statistika) dan pendidikan komputer informal. Seniman pada kawasan terdiri atas pemilik galeri Topeng Malangan pada tapak, seniman onix yang memproduksi vandel serta pengrajin sepatu kulit. Kelompok welfare terdiri atas warga kampung dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah; pemilik, penjaga, pegawai usaha kecil serta pedagang informal pada kawasan. Bentuk usaha kecil antara lain dapat berupa warung, toko, fotokopi, toko alat tulis. Kelompok ini umumnya sudah tinggal dan beraktivitas cukup lama di kawasan, sehingga telah memiliki jadwal aktivitas dan ‘peraturan’ tersendiri yang harus dipatuhi oleh pendatang. Pada kawasan peraturan tersebut berupa aturan jam malam, keharusan mematikan mesin motor pada area – area permukiman serta larangan bagi pedagang informal untuk berjualan di depan pagar. Kelompok gentrifier terdiri atas mahasiswa dan warga dengan kemampuan ekonomi menengah ke atas, pemilik atau pegawai industri kuliner serta pemilik usaha / toko lainnya. Bentuk industri kuliner di mana pemilik atau pegawainya termasuk pada kelompok gentrifier adalah toko kue / bakery dengan model bisnis franchise yang ada pada kawasan. Sementara bentuk usaha lainnya adalah pemilik kos, minimarket, laundry serta mereka yang memiliki toko, usaha atau cafe yang 168 berlokasi pada Ruko. Pemilik usaha tersebut dapat juga adalah warga lokal namun ada juga yang tidak tinggal di kawasan. Fungsi dan Clustering Fungsi perdagangan dan jasa memiliki variasi fungsi yang tinggi. Berdasarkan barang dan jasa yang disediakan fungsi perdagangan dan jasa pada kawasan dapat terbagi dalam 5 kelompok yaitu kebutuhan akademik, kebutuhan harian, kebutuhan elektronik dan kendaraan, kebutuhan sandang dan perawatan tubuh serta kebutuhan hiburan. Clustering yang terjadi pada kawasan juga didorong oleh clustering fungsi – fungsi perdagangan dan jasa tersebut. Kedekatan dan keberadaan akses menuju perguruan tinggi menjadi salah satu pendorong adanya clustering fungsi. Pada kawasan fungsi perdagangan dan jasa banyak ditemukan pada sepanjang jalan utama dan pada jalan – jalan lingkungan yang merupakan akses utama menuju universitas. Namun demikian jenis clustering akan berbeda – beda, dipengaruhi oleh kelompok pengguna kawasan. Pada kawasan, aliansi antara kelompok bohemian, welfare dan gentrifier yang terdiri atas mahasiswa, warga kampung dan pemilik usaha lokal mendorong terjadinya clustering fungsi penunjang akademik dan harian. Aliansi antara bohemian dan gentrifier yang terdiri atas mahasiswa, pemilik usaha pendatang dan pengunjung kawasan mendorong terbentuknya clustering fungsi konsumsi, hiburan, pakaian dan perawatan kencantikan serta servis. Aliansi antara bohemian dan gentrifier yang terdiri atas pemilik ushaa lokal dan pendatang akan mendorong terbentuknya clustering fungsi yang memenuhi kebutuhan tersier seperti agen perjalanan, florist dan rental game. VI.2 Kesimpulan Proses analisis pada tesis ini menemukan dua permasalahan utama pada kawasan sekitar universitas yang harus diselesaikan melalui perancangan yaitu ketidakmampuan ruang terbangun dalam menciptakan koneksi yang dapat membangun aliansi antara berbagai pengguna, aktivitas dan fungsi serta kurangnya adaptabilitas ruang terbangun dalam mengakomodasi berbagai aktivitas dan 169 kebutuhan pengguna kawasan. Permasalahan pertama terjadi karena sebagian besar dari perimeter universitas dan bagian belakang bangunan dengan fungsi perdagangan jasa memiliki jenis interface impermeable. Perimeter universitas yang didominasi oleh jenis interface impermeable memperkuat adanya gap antara mahasiswa dan sekitarnya. Mahasiswa menjadi kurang peka terhadap permasalahan dan potensi kawasan yang ada di sekitarnya sehingga tidak terjadi proses inovasi sebagai upaya perbaikan lingkungan. Perkembangan fungsi – fungsi perdagangan dan jasa pada sepanjang koridor jalan utama makin menghilangkan koneksi visual antara pengguna jalan utama dengan pengguna jalan – jalan lingkungan di kawasan kampung. Permasalahan kedua adalah adaptabilitas ruang terbangun. Analisis menemukan adanya potensi adaptabilitas pengguna dan aktivitas yang terhambat karena tidak terakomodasi secara spasial. Adaptabilitas pengguna dan aktivitas yang terdiri atas aktivitas warga kampung, Street Art dan perdagangan informal memiliki potensi meningkatkan vitalitas kawasan dan membuat menjadi lebih menarik. Namun karena tidak diakomodasi secara visual, sebagian besar aktivitas khususnya pedagang informal menjadi mengganggu. Selain itu luasan persil yang sempit mengurangi kemungkinan jumlah aktivitas dan kebutuhan industri kreatif yang dapat diwadahi pada kawasan. Proses analisis juga menemukan bahwa koridor jalan utama pada kawasan merupakan bagian yang penting dalam perancangan kawasan menjadi creative cluster. Koridor jalan jalan utama merupakan bagian dari kawasan yang berpotensi untuk berkembang dengan pesat dan jika tidak dikendalikan akan dapat mempengaruhi karakter kawasan. Perkembangan perdagangan dan jasa pada koridor tersebut akan mengundang kedatangan pengguna kawasan baru yang tidak memiliki ‘kedekatan’ dan pemahaman tentang karakter dan kebutuhan ‘kawasan’ sehingga berpotensi memutus koneksi antara koridor jalan utama dan kampung. Selain itu perkembangan perdagangan dan jasa yang pesat tanpa dikendalikan, dapat semakin mengurangi luasan kampung karena adanya keinginan warga kampung untuk ikut mencari keuntungan finansial. Hal tersebut dapat berpotensi 170 menaikkan harga sewa pada daerah kampung, yang kemudian dapat semakin mengurangi keberadaan kelompok ‘bohemian’ pada kawasan yang sangat bergantung pada harga sewa dan biaya hidup terjangkau yang disediakan oleh warga kampung sebagai bagian dari kelompok ‘welfare’. VI.3 Rekomendasi Perancangan Perubahan spasial yang mendorong terjadinya perubahan komposisi sosial – ekonomi pengguna dan aktivitas pada kawasan berpotensi menyebabkan terjadinya gentrifikasi kawasan oleh kelompok ekonomi menengah ke atas. Meskipun analisis dampak perubahan tidak termasuk dalam lingkup tesis ini, namun mempertimbangkan hal tersebut perancangan kawasan dilakukan dengan strategi diversifikasi kepemilikan dan ukuran persil. Keragaman ukuran dan kepemilikan selain dapat mendukung produktivitas kawasan karena dapat mengakomodasi berbagai aktivitas juga dapat menghambat proses gentrifikasi karena akan lebih sulit untuk membeli lahan. Selain itu, pembagian ukuran lahan yang didominasi persil ukuran kurang dari 100m selain mendukung vitalitas kawasan juga mempersulit proses akuisisi lahan karena ukuran lahan yang terbatas juga membatasi berbagai jenis aktivitas yang dapat diakomodasi. VI.4 Kelemahan Studi dan Rekomendasi Studi Lanjutan Kelemahan studi ini adalah karena keterbatasan waktu penelitian lapangan maka proses pengumpulan data lebih banyak melalui observasi dan dengan menggunakan bantuan applikasi google earth serta google streetview. Sehingga informasi yang didapatkan memiliki subjektivitas yang tinggi. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan pengumpulan data dengan proses wawancara pada berbagai aktor yang terlibat. Selain itu, karena keterbatasan waktu studi, tidak semua dimensi morfologi kawasan dapat dianalisis dan diselesaikan melalui perancangan. 171.