Hasil Ringkasan
BAB 4 Binar Tyaghita Cesarin

Jumlah halaman: 35 · Jumlah kalimat ringkasan: 50

92 Gambar IV-22 Estimasi Jalur dan Stasiun MRT Sumber : Ringkasan Eksekutif Rencana Induk Lalu Lintas & Angkutan Kota Malang 2013 Menanggapi kemungkinan pembangunan jalur monorail untuk LRT dengan salah satu stasiunnya berada di dekat tapak, yaitu Universitas Brawijaya gerbang Veteran, maka perancangan kawasan perlu mempertimbangkan prinsip – prinsip Transit Oriented Development (TOD) dengan memanfaatkan fasilitas park and ride untuk mendukung perpindahan moda transportasi dari LRT, menuju angkot, kendaraan pribadi, sepeda dan pejalan kaki. Prinsip TOD yang akan dipakai dalam perancangan adalah prinsip perancangan TOD kawasan dalam kota yaitu prinsip struktur ruang pada kawasan TOD yang terdiri atas 4 area utama, yaitu Pusat area komersial (core commercial area), Ruang terbuka publik (public open space), Area hunian (residential area) dan Area sekunder (secondary area). 93 Gambar IV-23 Analisis Struktur Ruang Berdasarkan Koneksi Pusat area komersial (core commercial area) berada pada lokasi dengan waktu tempuh 5 menit berjalan kaki dari stasiun transit menuju area hunian dan atau sebaliknya dengan fasilitas umumnya berupa retail, perkantoran, supermarket, restoran, servis dan hiburan. Ruang terbuka publik (public open space) berlokasi pada jarak yang terdekat dengan titik transit dan dalam waktu tempuh 5 menit berjalan kaki. Jika dikaitkan dengan clustering fungsi yang telah ditemukan pada analisis aliansi, maka pusat area komersial serta ruang terbuka publik dapat berlokasi pada cluster 3. Sehingga untuk memenuhi fungsinya sebagai bagian dari zona TOD, cluster 3 harus dapat mengakomodasi fungsi – fungsi komersial serta memiliki ruang terbuka publik sebagai titik transit. 94 Gambar IV-24 Fasilitas Komersil, Kantor pada Core Commercial dan Jaringan Ruang Terbuka Area hunian (residential area) berada pada jarak tempuh berjalan kaki, yaitu maksimal 15 menit, dari area pusat komersial dan titik transit. Kepadatan area permukiman harus dalam intensitas padat sejalan dengan variasi tipe permukiman, baik rumah tapak maupun rumah susun. Seluruh kawasan perancangan hingga batasnya yaitu Jalan Kertosentono berada pada jarak tempuh berjalan kaki hingga 15 menit dari rencana lokasi Stasiun LRT di Gerbang Veteran UB. Sesuai dengan persyaratan ini maka pada perancangan, tiap cluster pada kawasan perancangan harus menyediakan fungsi permukiman dengan intensitas padat dengan berbagai variasi tipe permukiman mulai dari rumah tapak maupun rumah susun. 95 Gambar IV-25 Persebaran fungsi hunian dengan kepadatan tinggi Area sekunder (secondary area) biasanya berjarak lebih dari 1 km dari pusat area komersial serta harus menyediakan akses langsung dan jalur sepeda menuju titik transit dan area komersial. Area ini memiliki densitas yang lebih rendah dari area pusat seperti hunian ketinggian rendah, sekolah, taman publik, perkantoran ketinggian rendah, dan area parkir. Area ini merupakan area – area yang berada di luar kawasan perancangan yaitu cluster – cluster aktivitas mahasiswa serta kawasan permukiman yang berada di sekitar kawasan. Perancangan harus dapat menyediakan area transit melalui skema park and ride dengan akses langsung untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda menuju berbagai area, khususnya area komersial pada kawasan. 96 Meso : Konektivitas dengan Kawasan Sekitar Park and Ride merupakan salah satu bagian dari skema pengembangan kawasan TOD yang berupa fasilitas ruang parkir yang dilengkapi dengan fasilitas penunjang lainnya. Fasilitas park and ride biasanya tersedia di halte atau terminal sarana angkutan umum massal sehingga memungkinkan penglaju berpindah moda dari kendaraan pribadi (mobil dan sepeda motor) dan meneruskan perjalanan menggunakan angkutan umum massal dari titik tersebut. Jenis fasilitas park and ride yang disediakan pada kawasan adalah Origin Functionality dan Field Functionality. Gambar IV-26 Lokasi Park and Ride sesuai analisis Origin functionality adalah fasilitas park and ride yang berlokasi dekat dengan daerah perumahan. Fasilitas dimaksudkan untuk membujuk pengguna kendaraan pribadi untuk menggunakan angkutan umum, dimana kendaraan hanya digunakan menuju stasiun/terminal, kemudian melanjutkan sebagian besar dari perjalanannya dengan angkutan umum. Jika dikaitkan dengan struktur ruang TOD, maka jenis fasilitas park and ride ini sebaiknya berlokasi pada area sekunder karena berperan menghubungkan area sekunder dengan kawasn perancangan. Pada skala meso, cluster terkoneksi dengan cluster aktivitas mahasiswa lainnya antara lain Bendungan Sigura – Gura melalui Jalan Sumbersari (cluster 1); Sunan Kalijaga melalui Jalan Sumbersari gg3 (cluster 2) serta MT Haryono dan dengan kawasan 97 permukiman mahasiswa di daerah Dinoyo yang terhubung dengan kawasan melalui Jalan Gajayana dan Simpang Gajayana (cluster 3). Field functionality adalah fasilitas park and ride yang biasanya berlokasi dekat dengan pintu tol atau stasiun kereta api. Rencana stasiun LRT di gerbang Veteran Universitas Brawijaya, sehingga fasilitas park and ride sebaiknya berlokasi di dekat stasiun. Jika dikaitkan dengan struktur TOD, maka jenis fasilitas park and ride ini berlokasi pada cluster 1. Berdasarkan persyaratan tersebut maka pada kawasan perancangan harus disediakan fasilitas park and ride pada tiap cluster, yaitu jenis field functionality dan origin functionality pada Jalan Sumbersari serta jenis origin functionality pada Jalan Sumbersari gg3 dan Simpang Gajayana. Mikro : Konektivitas dalam Kawasan Secara umum jika dilihat dari moda transportasi pengguna kawasan pejalan kaki lebih banyak ditemukan di jalan – jalan lingkungan daripada di Jalan Sumbersari yang berfungsi sebagai jalan utama di kawasan tersebut. Masih jarang ditemui pengguna sepeda. Mahasiswa umumnya mencapai kampus dengan menggunakan sepeda motor dan berjalan kaki. Berdasarkan observasi penulis di lapangan, pada ruas jalan di kawasan perkampungan sekitar kampus memang banyak ditemui mahasiwa yang bersepeda motor dan berjalan kaki. Penggunaan mobil cukup jarang ditemui, berdasarkan observasi penulis, lebih banyak ditemui penggunaan mobil untuk keperluan servis dan suplai barang di toko - toko kelontong setempat di kawasan sekitar universitas Brawijaya. Kemungkinan juga karena ukuran lebar jalan yang cenderung lebih besar dari ruas – ruas jalan di kawasan sekitar Universitas Islam Negeri. Keberadaan jalur transportasi publik terbatas pada jalan utama di kawasan yaitu ruas Jalan Gajayana dan Sumbersari 98 Gambar IV-27 Moda transportasi pada kawasan Terkait pencapaian mahasiswa menuju kampus masing – masing, gerbang yang paling sering digunakan adalah gerbang utama Jalan Gajayana untuk mahasiswa Universitas Islam Negeri serta gerbang Jalan Watugong, Fakultas Peternakan dan Fakultas Pertanian untuk mahasiswa Universitas Brawijaya. Gerbang Utama UIN di Jalan Gajayana merupakan gerbang masuk dan keluar untuk berbagai moda transportasi, gerbang di Jalan Watugong merupakan gerbang keluar untuk kendaraan namun dapat menjadi gerbang masuk dan keluar untuk pejalan kaki, sementara gerbang masuk di Fakultas Peternakan dan Fakultas Pertanian merupakan gerbang khusus pejalan kaki. Masing – masing gerbang masuk memiliki desain yang mudah diidentifikasi oleh pengguna kawasan, kecuali gerbang Fakultas Peternakan dan Pertanian. 99 Gambar IV-28 Ukuran Blok pada Tapak (kiri) & Intensitas Pejalan Kaki pada Tapak (kanan) Kenyamanan pejalan kaki di kawasan berdasarkan hasil penyebaran kuisioner masih kurang, dari 27 responden hanya 7 yang menjawab nyaman. Berdasarkan hasil survey lapangan yang dilakukan penulis kenyamanan pejalan kaki memang masih kurang, khususnya di Jalan Gajayana dan Sumbersari. Sebenarnya struktur kawasan memungkinkan adanya pemeabilitas bagi pejalan kaki dengan ukuran blok yang berkisar antara 40 m – 171 m. Beberapa responden yang menjawab nyaman berjalan kaki merasa berjalan di kawasan cukup aman dan nyaman karena banyak jalan pintas, khususnya bagi pejalan kaki. Berdasarkan observasi penulis, keberadaan berbagai jenis fungsi perdagangan dan jasa di sepanjang jalan yang aktif hingga setidaknya pukul 9 malam serta karakter bangunan hunian di kawasan yang memiliki sempadan hampir nol dan berorientasi ke jalan berkontribusi menciptakan rasa aman bagi pejalan kaki. Namun demikian, memang secara fisik, ruas – ruas jalan yang ada pada kawasan belum menyediakan fasilitas – fasilitas yang mendukung keberadaan pejalan kaki dan sepeda seperti kursi, naungan pohon yang konsisten dan naungan dari cuaca , selain itu keberadaan parkir on street khususnya mobil serta masih adanya dominasi penggunaan jalan oleh kendaraan khususnya sepeda motor menyebabkan pengguna jalan merasa kurang nyaman dalam berjalan kaki di dalam kawasan. 100 Gambar IV-29 Permasalahan Koneksi pada Skala Mikro Selain permasalahan fisik tersebut, secara umum akses dalam skala mikro harus dapat menciptakan jejaring yang dapat menghubungkan berbagai cluster / nodes creative yang ada pada kawasan. Saat ini koneksi pejalan kaki dan sepeda belum dapat menghubungkan berbagai cluster yang ada di kawasan. Perancangan kawasan harus dapat menciptkakan koneksi pada skala mikro yang tidak hanya menghubungkan antar cluster namun juga menghubungkan berbagai pengguna dan aktivitas yang ada pada kawasan. IV.5 Adaptabilitas Adaptabilitas kawasan dilihat dari keberadaan aktivitas formal dan informal pada kawasan. Aktivitas formal pada kawasan berupa Events yang diadakan oleh warga baik yang merupakan program pemerintah kota maupun yang berupa inisiatif warga, sementara aktivitas informal pada kawasan lebih banyak berupa perdagangan informal dan Street Art. Selain itu, adaptabilitas kawasan juga dapat dilihat dari bentuk – bentuk pemanfaatan ruang pada kawasan. Creative cluster memiliki bentuk pemanfaatan ruang yang dapat mendukung aktivitas produksi khususnya untuk industri skala kecil / start up melalui ketersediaan ruang – ruang yang murah dan fleksibel. 101 Aktivitas dan Events Pengguna kawasan didominasi oleh warga setempat dan mahasiswa, sehingga pembahasan aktivitas dan Events pada kawasan akan fokus pada aktivitas dua pengguna kawasan tersebut. Aktivitas rutin mahasiswa terbagi atas aktivitas rutin pada hari kerja dan akhir minggu, sementara aktivitas rutin warga kurang lebih sama baik pada hari kerja dan akhir minggu. IV.5.1.1 Aktivitas dan Events Mahasiswa Aktivitas mahasiswa di hari kerja umumnya terbagi atas kegiatan terkait kuliah, kegiatan makan dan kegiatan penunjang kuliah. Kegiatan terkait kuliah umumnya berupa belajar bersama, mengerjakan tugas dan mengerjakan penelitian. Berdasarkan hasil kusioner, kebanyakan aktivitas terkait kuliah ini dilakukan di kampus dan kost masing – masing dengan alasan ketersediaan sarana dan kemudahan. Kegiatan makan terdiri atas kegiatan makan pagi, siang dan malam. Kegiatan makan, khususnya makan siang banyak dilakukan di kampus dan kawasan dekat kampus sementara kegiatan makan malam banyak dilakukan di kawasan terpilih dan kawasan sekitar kawasan terpilih. Pertimbangan pemilihan lokasi adalah harga, kemudahan, banyaknya pilihan dan rasa. Kegiatan penunjang kuliah terdiri atas aktivitas fotokopi, print, belanja kebutuhan kuliah dan belanja kebutuhan sehari – hari. Aktivitas ini yang paling banyak dilakukan di kawasan karena memang tingginya ketersediaan jasa yang melayani aktivitas – aktivitas tersebut. Aktivitas mahasiswa di akhir minggu umumnya terbagi atas kegiatan nongkrong, jalan – jalan, nonton / karaoke, olahraga, istirahat, organisasi kampus dan mengerjakan tugas. Kegiatan nongkrong, istirahat, mengerjakan tugas dan organisasi kampus merupakan kegiatan yang banyak dilakukan di kawasan. Sementara kegiatan jalan – jalan, nonton/karaoke dan olahraga lebih banyak dilakukan di kawasan lain. Hal ini berarti adanya kebutuhan aktivitas mahasiswa untuk aktivitas hiburan yang belum dapat diwadahi di kawasan. 102 Di luar aktivitas rutin tersebut terdapat berbagai Events mahasiswa yang umumnya dilakukan pada lingkungan kampus, ruang terbuka publik kota serta pada tempat – tempat lain di luar kawasan. Events tersebut lebih banyak dilakukan di dalam lingkungan kampus, karena kampus telah menyediakan area – area untuk melakukan performance maupun untuk berlatih baik pada UKM, Himpunan dan Kantin. Sementara pada UIN Maliki Malang, aktivitas mahasiswa lebih banyak dilakukan pada gedung Student Center yang lebih dekat aksesnya dengan Jalan Sunan Kalijaga. Berbagai hal ini sebenarnya dilakukan dengan pertimbangkan agar universitas sebagai activity generator di kawasan tidak menimbulkan eksternailitas negatif misalnya berupa kemacetan, di kawasan sekitarnya; namun di sisi lain keputusan tersebut menyebabkan makin berkurangnya atraksi yang menarik mahasiswa untuk beraktivitas di wilayah sekitar kampus. IV.5.1.2 Aktivitas dan Events Warga Aktivitas penduduk, menurut hasil observasi penulis, lebih banyak di pagi dan sore hari. Pagi hari umumnya dimulai dari pukul 5 pagi, dengan aktivitas mulai dari berbelanja, persiapan kerja hingga persiapan mengantar anak sekolah. Yang menarik, koridor jalan di kawasan perkampungan sekitar kampus di pagi hari akan banyak dimanfaatkan untuk berjualan sayuran dan makanan sarapan pagi. Keberadaan titik – titik penjual sayur dan makanan sarapan pagi ini menjadi lokasi – lokasi di mana penduduk banyak melalukan interaksi dengan penduduk lain. Di siang hari kegiatan tidak terlalu banyak dan tidak terlalu banyak penduduk yang berada di luar rumah, kegiatan yang nampak adalah kegiatan menjemput anak – anak pulang sekolah. Sementara di sore hari akan banyak anak bermain dan pada orang tua berbincang – bincang baik di koridor jalan, gang maupun teras rumah. Aktivitas ini harus diperhatikan dalam perancangan kawasan, agar jangan sampai mengganggu interaksi sosial yang telah ada. Selain itu, dari hasil observasi penulis, keberadaan ruang terbuka sebagai tempat interaksi dan bermain anak – anak sangat kurang. Sehingga dalam perancangan perlu diakomodasi keberadaan ruang – ruang publik ini. 103 Gambar IV-30 (kiri) Kegiatan Kampung Bersinar di Ketawanggede (kanan) Kegiatan Karnaval Sumbersari Bersatu Sumber : (kiri) http://kelketawanggede.malangkota.go.id , (kanan) https://tawangsarikampoengsedjarah.wordpress.com Di luar aktivitas harian tersebut, warga lokal memiliki berbagai Events yang dilaksanakan secara berkala, yang pelaksanaannya didorong oleh Lomba Kampung Tematik yang diadakan oleh pemerintah kota Malang pada tahun 2016. Kampung Sumbersari yang mengangkat tema sejarah, melaksanakan kegiatan pawai sejarah dengan dukungan komunitas pecinta sejarah perjuangan β€˜Reenactor Sejarah Ngalam’ dengan tema Karnaval Sumbersari Bersatu - Kampung Sejarah Tawangsari. Pusat kegiatan tersebut berada pada gedung kelurahan sementara jalur karnaval melalui Jalan Sumbesari, Jalan Sumbersari gg3, Jalan Bendungan Sigura – Gura dan kembali menuju gedung kelurahan. Secara fisik, daerah sekitar kelurahan didekorasi dengan mural bertema kemerdekaan. Sementara Kampung Ketawanggede lebih fokus pada kegiatan perbaikan lingkungan dengan menjadi partisipan program Kampung Bersinar. IV.5.1.3 Analisis Adaptabilitas Aktivitas dan Events Berdasarkan identifikasi aktivitas rutin dan non rutin mahasiswa dan warga masih kurang ditemukan berbagai aktivitas yang dapat mendorong terjadinya interaksi antara warga dan mahasiswa. Aktivitas rutin dan non rutin mahasiswa lebih banyak dilakukan di dalam lingkungan universitas dan cluster aktivitas mahasiswa lainnya karena tidak tersedia fungsi – fungsi yang relevan maupun atraksi yang mendorong mereka untuk beraktivitas pada kawasan perancangan. Di sisi lain, aktivitas rutin dan events warga dominan dilakukan pada kawasan perancangan. Tapi aktivitas tersebut tidak terlihat jejaknya secara spasial. Aktivitas yang ada, baik aktivitas 104 mahasiswa dan warga, juga belum ada yang mengarah pada aktivitas yang produktif dalam sub sektor ekonomi kreatif. Gambar IV-31 Analisis Kebutuhan Ruang untuk Aktivitas dan Events pada Kawasan Secara spasial terdapat beberapa lokasi di mana perlu disediakan ruang untuk mengakomodasi aktivitas rutin dan non rutin mahasiswa dan warga. Fasilitas umum seperti kantor kelurahan dapat diperkaya dan diperluas fungsinya sehingga dapat mengakomodasi aktivitas yang lebih beragam, khususnya untuk mengakomodasi aktivitas dan events yang selama ini sudah ada dan dijalankan oleh warga setempat. Kemudian untuk mendorong mahasiswa lebih banyak beraktivitas pada kawasan, perlu dibuka koneksi – koneksi dengan universitas, baik memanfaatkan dan memperluas akses yang sudah ada hingga menciptakan koneksi – koneksi baru. Aktivitas Informal IV.5.2.1 Perdagangan Informal Informal trading pada kawasan merupakan aktivitas yang dapat dinyatakan sebagai perwujudan upaya adaptive use of space pada kawasan. Penggunaan gerobak sebagai kios tempat berjualan merupakan bentuk adaptasi masyarakat untuk berjualan dan memanfaatkan peluang bisnis dengan keberadaan mahasiswa di sana. Diawali dengan penjualan melalui gerobak / kiosk kemudian berkembang menjadi fungsi konsumsi yang lebih formal. Informal trading juga merupakan bagian dari 105 tactical urbanism yang berbentuk 3D. Keberhasilan Informal trading sebagai bentuk dari adaptive use of space dilihat dari keragaman produk / jasa yang ditawarkan sementara keberhasilan Informal trading sebagai bagian dari tactical urbanism dilihat dari bagaimana keberadaan Informal trading tersebut dapat membuat ruang kota menjadi lebih produktif, lebih bernilai, memiliki intensitas interaksi yang tinggi dan merupakan perwujudan dari upaya kreatif dan inovasi. Gambar IV-32 Tipologi Informal trading Informal trading yang ada pada kawasan umumnya menjual makanan dan minuman (jus dan minuman instan) dengan tipologi kiosk, vehicle, pavement & table. Tipologi kiosk pada kawasan berbentuk gerobak (vehicle) namun sifatnya lebih permanen dan lebih melekat dengan fisik bangunan tempatnya berada. Tipologi vehicle lebih banyak berupa sepeda atau sepeda motor yang dimodifikasi dengan rak – rak dan meja untuk menjual makanan. Tipologi pavement umumnya ditemukan pada penjual – penjual sayuran dan bahan makanan segar di pagi hari sementara tipologi meja, tidak secara harafiah menggunakan meja, namun lebih menggunakan rak untuk memajang barang jualannya yang umumnya berupa bensin atau koran. Tidak ditemukan tipologi penjual yang menempelkan dagangannya ke 106 dinding atau pagar. Secara umum Informal trading berkluster pada gerbang masuk dan ruas – ruas jalan yang merupakan akses utama. Gambar IV-33 Persebaran Jenis Informal trading dan Kebutuhan Ruang Keberadaan Informal trading di kawasan beraliansi dengan fungsi konsumsi, hal ini merupakan bentuk co-location yang banyak ditemukan pada creative cluster sehingga perlu dipertahankan dan dikembangkan lagi bentuknya. Namun, di luar itu ragam bentuk dan produk Informal trading di kawasan masih seragam yaitu didominasi oleh bentuk vehicle dan produk makanan atau minuman.