1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Malang secara historis berkembang dari bagian kerajaan Hindu dan Islam di Jawa dan kota peristirahatan serta pusat pertanian dan perkebunan di masa kependudukan Belanda dan saat ini dikenal sebagai kota pendidikan dengan keberadaan berbagai perguruan tinggi negeri dan institusi pendidikan lainnya. Keberadaan perguruan tinggi di Kota Malang diawali pertumbuhannya selepas kemerdekaan Indonesia di tahun 1945 dengan terbentuknya Universitas Negeri Malang pada tahun 1954, Universitas Brawijaya pada tahun 1963, Universitas Muhammadiyah dan Universitas Merdeka pada tahun 1964, Institut Teknologi Negeri Malang pada tahun 1980, UNISMA pada tahun 1981, UIN Maulana Malik Ibrahim (saat itu STAIN Malang) pada tahun 1997, serta berbagai perguruan tinggi Malang lainnya. Universitas Brawijaya, salah satu PTN yang ada di Kota Malang, pada tahun 2017 menduduki peringkat kedua untuk jumlah pendaftar SBMPTN terbanyak di Indonesia, dengan komposisi penerimaan mahasiswa dari jalur tersebut sebesar 40%. Pertumbuhan jumlah mahasiswa dikombinasikan dengan laju pertumbuhan penduduk kota Malang dari tahun 2010 – 2014 sebesar 0,31% merupakan potensi bagi pertumbuhan ekonomi kota, namun juga dapat menimbulkan permasalahan baru antara lain rumah kos yang tidak tertata, peningkatan perdagangan dan jasa di sekitar area pendidikan dan meningkatnya volume lalu lintas karena bangkitan pendidikan. Perekonomian di Kota Malang didominasi oleh sektor industri pengolahan tembakau serta industri kayu,anyaman dan kertas; namun saat ini mulai bergeser pada sektor perdagangan dan jasa khususnya sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, jasa kesehatan dan sosial, jasa konstruksi serta jasa perusahaan. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran dari ekonomi berbasis manufaktur menuju ekonomi berbasis pengetahuan di Kota Malang. Pergeseran menuju ekonomi berbasis pengetahuan mendorong pertumbuhan berbagai industri kreatif di Kota Malang, sehingga diawali pada tahun 2015 Pemerintah Kota Malang mulai 2 mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Malang melalui pendampingan berbagai industri – industri kreatif. Sejauh ini upaya pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif dilakukan melalui penyelenggaraan Events dan pendampingan masyarakat pada program kampung – kampung inovatif dengan dukungan komunitas – komunitas kreatif melalui forum komunikasi, namun belum dapat melibatkan akademisi dalam mendorong inovasi. Sehingga pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Malang belum dapat maksimal. Clustering merupakan salah satu cara untuk mendukung dan mempercepat proses inovasi pada ekonomi kreatif, karena dapat mempersingkat jarak antar pelaku dan mendukung terbentuknya jejaring (Wood & Dovey, 2014; Storper & Venables, 2004). Terdapat berbagai jenis lokasi di mana creative cluster dapat berkembang : pusat kota, bekas kawasan industri dan berdekatan dengan Fasilitas / Institusi Pendidikan (Hebart & He, 2013). Ekonomi kreatif di Kota Malang dalam pertumbuhannya saat ini sangat memerlukan hubungan yang kuat dengan akademisi, sehingga sebaiknya jenis creative cluster yang dikembangkan adalah creative cluster yang berlokasi dekat dengan Universitas. Malang saat ini memiliki lebih dari 55 Universitas. Universitas Brawijaya merupakan salah satu universitas tertua dan terbesar di Malang, yang meskipun berada di luar pusat kota Malang namun masih memiliki konektivitas yang baik dengan pusat kota dan wilayah kota Malang yang lain. Rencana pembangunan jalur monorail dengan salah satu stasiunnya yang direncanakan akan berada di gerbang Jalan Veteran Brawijaya lebih jauh mendukung konektivitas kawasan secara makro. Universitas Brawijaya sebagai salah satu universitas terbesar di Kota Malang berpotensi menarik kedatangan mahasiswa sebagai kelompok demografis usia produktif yang merupakan potensi untuk pengembangan creative cluster melalui ketersediaan calon pekerja dan pendampingan industri oleh aktor – aktor akademik. Peningkatan jumlah mahasiswanya mendorong terbentuknya berbagai fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kampus yang menyediakan berbagai pilihan lokasi untuk pengembangan creative cluster, antara lain Jalan MT Haryono, Jalan 3 Soekarno Hatta, Jalan Bendungan Sigura – Gura hingga Sunan Kalijaga serta Jalan Sumbersari – Gajayana. Cluster Gajayana – Sumbersari dilalui oleh jalan Gajayana dan Jalan Sumbersari sebagai jalan arteri sekunder 2 yang merupakan bagian dari rencana jalan lingkar dalam barat kota Malang serta dibingkai oleh dua perguruan tinggi yaitu Universitas Brawijaya dan UIN Maliki Malang. Cluster ini memiliki aksesibilitas yang tinggi karena koridor jalan utamanya dilalui oleh tranportasi publik yang berupa angkutan umum serta rencana tranportasi publik berupa bus dan monorail. Cluster ini juga memiliki jalan – jalan lingkungan dengan permeabilitas pejalan kaki dan sepeda yang tinggi. Jika dibandingkan dengan cluster – cluster lainnya, cluster Gajayana – Sumbersari memiliki komposisi sosial ekonomi dan fungsi yang lebih beragam. Faktor – faktor tersebut menunjukkan adanya potensi cluster ini untuk dikembangkan menjadi creative cluster. Namun demikian jika dibandingkan dengan cluster lainnya, cluster ini merupakan cluster dengan intensitas aktivitas mahasiswa yang paling rendah. Akibatnya perkembangan pada kawasan makin tidak terarah dan kualitas spasialnya makin menurun. Perancangan creative cluster pada kawasan perimeter Universitas dapat menjadi solusi untuk mendukung perkembangan ekonomi kreatif di kota Malang serta sebagai upaya perbaikan kawasan perimeter Universitas yang makin menurun kualitas spasialnya. Kedua permasalahan tersebut berakar pada kurangnya intensitas interaksi antar pengguna. Rendahnya intensitas interaksi antara pengguna menghambat proses inovasi yang diperlukan untuk pertumbuhan industri kreatif pada kawasan. Selain itu rendahnya interaksi antara mahasiswa sebagai bagian dari Universitas serta warga sebagai bagian dari perimeter Universitas makin menghilangkan identitas kawasan sebagai perimeter kawasan sehingga menyebabkan pertumbuhan kawasan makin tidak terarah. Sehingga tantangan dalam perancangan creative cluster pada perimeter Universitas adalah penciptaan ruang – ruang yang dapat kembali membangun aliansi antara Universitas dengan perimeter Universitas serta mendorong tumbuhnya industri kreatif yang dapat berdampak positif baik pada Universitas maupun kawasan perimeter Universitas. 4 I.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang ditemukan adalah adanya perkembangan ekonomi kreatif di kota Malang yang terhambat karena kurangnya keterlibatan akademisi serta belum adanya kawasan yang secara spasial yang dapat mendukung dan mempercepat proses inovasi pada ekonomi kreatif melalui clustering. Intensitas interaksi mahasiswa dengan pengguna kawasan perimeter universitas lainnya yang makin berkurang menyebabkan pertumbuhan pada kawasan perimeter universitas Brawijaya dan UIN Maliki makin tidak terarah. Sehingga permasalahan perancangan pada tesis ini adalah perlunya perancangan ruang terbangun pada kawasan perimeter universitas Brawijaya dan UIN Maliki yang dapat kembali membangun aliansi antara Universitas dengan perimeter Universitas serta mendorong tumbuhnya industri kreatif yang dapat berdampak positif baik pada Universitas maupun kawasan perimeter Universitas. I.3 Tujuan dan Sasaran Berangkat dari rumusah permasalahan di atas, maka tujuan dari tesis perancangan ini adalah merancang ruang – ruang pada kawasan yang dapat membangun interaksi antara mahasiswa UB dan UIN, warga kampung Ketawanggede dan Sumbersari serta pelaku industri kreatif subsektor kuliner, aplikasi dan permainan interaktif di Kota Malang; mendorong kreatifitas dan produktifitas serta resilien terhadap gentrifikasi. Sesuai dengan tujuan tesis tersebut, maka sasaran perancangan dari tesis ini adalah perancangan jalan, ruang terbuka serta blok dan bangunan berdasarkan skema komposisi pengguna, aktivitas dan fungsi yang : 1. Mendorong dan mewadahi interaksi antara mahasiswa UB dan UIN, warga kampung Ketawanggede dan Sumbersari serta pelaku industri kreatif subsektor kuliner, aplikasi dan permainan interaktif di Kota Malang secara spasial. 2. Penyediaan ruang – ruang pada kawasan yang dapat membangun interaksi, mendorong kreativitas dan produktifitas serta resilien terhadap gentrifikasi..