Hasil Ringkasan
128 V.3.1 Karakteristik Bangunan Pesanggrahan Tamansari Bangunan Pesanggrahan Tamansari dibangun pada pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana I pada tahun tahun 1684 Jw atau 1758 M dan memiliki corak bangunan yang akulturatif campuran budaya Jawa dan Eropa. Berdasarkan beberapa sumber bangunan Pesanggrahan Tamansari dibangun oleh orang Portugis, yang ditemukan oleh Sultan Hameng Kubuawana II terdampar dilautan. Orang asing tersebut dibawa ke Kraton dan menjadi Abdi Dalem yang ahli dalam membuat bangunan dan kemudian diperintahkan Sultan untuk membangunan Pesanggrahan Tamansari bersama dengan Tumenggung Mangundipura, yang berfungsi sebagai tempat rekreasi, pelesiran, spiritual dan pertahanan. Adapun karakteristik bangunan ditinjau pada umur bangunan, corak dan arsitektur bangunan, warna dan material bangunan dan perubahan bangunan pesanggrahan Tamansari. A A. Umur Bangunan Bangunan Pesanggrahan Tamansari didirikan pada tahun 1758. Umur bangunan diperkirakan > 50 tahun yaitu ± 259 Tahun, dan bangunan ini termasuk dalam cagar Budaya Golong A yang wajib untuk dilindungi. Bangunan Pesangrahan Tamansari mengalami beberapa tahapan pemugaraan yaitu pada tahun 1936-1938 mengalami perbaikan sebanyak 40% pada pagar dan beberapa gugus bangunan, sedangkan pada tahun 1972- 1974 mengalami perbaikan pada Bangunan Pasean Ledoksari, Gapura Agung, Urung-Urung dan Sumur Gumuling dan pada tahun 2000an mengalami perbaikan pada Pulo Kenanga, Gedong Sekawan, Gapura Panggung, dan Gedong Tematen. B. Corak dan Arsitektur Bangunan Corak arsitektur bangunan dipengaruhi oleh budaya Jawa dan Eropa, yang terlihat jelas pada struktur bangunan, atap dan pola hiasan pada bangunan. Hiasan bermotif tumbuh-tumbuhan berbunga, sulur-sulur, burung dan iar sayap, sedangkan bagian dinding bangunan terdapat pilaster (tiang yang menempel pada dinding) serta pada bagian atap atau puncak bangunan 129 terdapat mahkota yang bagian atasnya terdapat kelopak bunga, dan pada bagian gerbang yaitu sisi kanan dan kiri gerbang terdapat patung naga atau yang dikenal dengan “dwi naga rasa tunggal” atau dua naga yang saling berlilitan ekornya, yang melambangkan dua kekuatan yang memiliki satu rasa untuk tegaknya negara yaitu figura raja dan kawula. C C. Warna dan Metrial Bangunan Bangunan Pesanggrahan Tamansari memiliki warna cream pada seluruh bangunan dan material bangunan yaitu bata merah yang diplester oleh semen, bangunan ini bersifat permanen, setiap sisi bangunan terdapat tiang. Warna pada bangunan Pesanggrahan Tamansari sebagian telah memudar sehingga berepa bangunan tidak mengalami pengecatan kembali dan masih berplester semen, namun material bangunan tidak ada yang berubah masih sama seperti aslinya, hanya saja beberapa banguan seperti gapura panggung dan gapura agung diberikan struktur besi peyangga, agar tidak mudah rusak. D. Perubahan Bangunan Analisis fisik bangunan Pesanggrahan Tamansari dilakukan untuk mengetahui kualitas bangunan pesanggrahan tamansari, pola pemanfaatan bangunan dan juga pergeseran fungsi utama bangunan menjadi kawasan hunian. Perubahan fisik bangunan juga terlihat dari denah bangunan yang tidak memiliki kesinambungan dengan bangunan sekitar dan banyaknya fungsi bangunan pesanggrahan Tamansari yang hilang tertutup permukiman padat dan juga karena terjadinya gempa tektonik di Kota Yogayakarta tahun 1867 dan 2007. Adapun faktor menyebabkan perubahan bangunan pesanggrahan Tamansari dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel V.4 Faktor Penyebab Perubahan dan Kerusakan Bangunan Pesanggrahan Tamansari No Faktor-Faktor Perubahan Dampak Terhadap Kawasan 1 Fluktuatif kondisi sosial politik Kraton pada dekade kedua abad ke XIX ƒ Perubahan sosial politik pada Kraton yang berdampak pada pemanfaatan Bangunan Pesanggrahan Tamansari yang tidak maksimal dan cenderung terabaikan ; ƒ Penyerahan tanah Kraton kepada Pangeran, dan dapat dikelola lebih lanjut oleh Pangeran ; ƒ Adanya kebijakan pemberian tanah bagi abdi dalem pada sekitar Pesanggrahan Tamansari. 130 No Faktor-Faktor Perubahan Dampak Terhadap Kawasan ©en.wikipedia.org 2 Perubahan fisik bangunan Pesanggrahan Tamansari ©harian.analisadaily.com ƒ Gempa yang terjadi pada 10 Juni 1867 M menyebabkan sebagain bangunan Pesanggrahan Tamansari hancur, bangunan yang runtuh yaitu Pulo Kenanga,Sumur Gumuling, Pulo Penembung, Umbul Binangun, Regol Pagelaran, Gedong Carik dan Gedong Mandaran ; ƒ Pemugaran bangunan dilakukan pada tahun 1936 – 1938 oleh Hamengku Buwana VII – VIII ; ƒ Pemugaran bangunan kembali dilakukanpada tahun 1972-1997 ; ƒ Tahapan pemugaran bangunan berlangsung lama dan beberapa bangunan tidak dapat terselamatkan karena telah hancur dan menjadi hunian penduduk ; ƒ Gempa kembali terjadi pada 27 mei 2006 yang juga menyebabkan runtuhnya beberapa bangunan Pesanggrahan Tamansari ; ƒ Struktur bangunan yang tidak kokoh serta faktor iklim juga menjadi menyebab rusaknya bangunan pesanggrahan.