Hasil Ringkasan
PREPARASI SUBMICRON MAGNESITE UNTUK BAHAN BAKU ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME INHIBITOR (ACEI) MENGGUNAKAN UG SHAKER MILL TUGAS AKHIR Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Metalurgi, Institut Teknologi Bandung Oleh: GURUH DIKI PRAWOTO 12514048 PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK METALURGI FAKULTAS TEKNIK PERT AMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI B ANDUNG 2018 2 LEMBAR PENGESAHAN PREPARASI SUBMICRON MAGNESITE UNTUK BAHAN BAKU ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME INHIBITOR (ACEI) MENGGUNAKAN UG SHAKER MILL TUGAS AKHIR GURUH DIKI PRAWOTO 12514048 Bandung, Oktober 2018 Disetujui untuk Program Studi Sarjana Teknik Metalurgi ITB Oleh : 3 PREPARASI SUBMICRON MAGNESITE UNTUK BAHAN BAKU ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME INHIBITOR (ACEI) MENGGUNAKAN UG SHAKER MILL ABSTRAK Cardiovascular Disease (CVD) adalah salah satu penyebab kematian terbesar dunia pada tahun 2016 dengan persentase mencapai 32,26% dari total kematian tercatat sebanyak 54,72 juta kasus. Peningkatan tekanan darah tubuh dapat meningkatkan risiko CVD. Quinapril adalah salah satu jenis obat Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) yang digunakan untuk mengontrol tekanan darah akibat hormon Angiotensin II. Magnesite adalah salah satu bahan campuran Quinapril untuk menstabilkan obat. Salah satu cara meningkatkan kualitas obat (dissolution rate dan bioavailability) adalah dengan menggunakan bahan baku berukuran nanometer (<1000nm). Diperlukan Magnesite dengan kandungan MgO 40-42% sebagai bahan baku Quinapril. Salah satu cara memperoleh ultrafine particles adalah dengan grinding. Proses grinding dapat menyebabkan polimorfisasi ataupun agregasi- aglomerasi. Dalam penelitian ini, mineral Magnesite dengan kadar >90% yang berasal dari Padamarang, Sulawesi Tenggara digerus menggunakan Ultimate Gravity (UG) Shaker Mill dengan variasi ukuran media gerus dan waktu gerus. Sebelum digerus menggunakan UG, dilakukan kominusi Magnesite hingga ukuran -74µm dan pemanasan sampel pada 110°C selama 24 jam. Sebanyak 4,5 gram Magnesite yang telah dipanaskan digerus dengan jumlah bola gerus tetap yaitu 60 butir bola gerus. Variasi ukuran (mm) yang digunakan adalah 4,5,6,7, dan 8 dengan variasi waktu gerus (menit) 10, 30, 60, 240. Distribusi ukuran partikel Magnesite hasil gerus ditentukan dengan analisis Particle Size Analyser (PSA). Crystallinity Index (CI) dihitung menggunakan data analisis X-Ray Diffraction (XRD) dan Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). Pengamatan micrograph Magnesite hasil gerus juga dilakukan untuk melihat fenomena agregasi-aglomerasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan ukuran D50 dan D90 terkecil berturut-turut adalah 2,367 µm dan 8,111 µm. Ukuran terbesar diperoleh dengan menggunakan media gerus 8 mm dan waktu gerus 30 menit secara berturut-turut adalah 9,219 µm dan 37,330 µm. Analisis Crystallinity Index menggunakan data XRD menghasilkan nilai CIXRD produk gerus terbesar yaitu 98,57 dan nilai CIXRD terkecil yaitu 92,07. Nilai CIXRD menurun dengan meningkatnya waktu gerus dan ukuran media gerus, sedangkan untuk data FT-IR tidak memberikan pola hubungan yang jelas terhadap variabel. Kandungan Magnesite produk gerus yang terhitung berkurang dengan meningkatnya waktu gerus dan ukuran media gerus.